New Normal

09

Mei

2020

MENJEMPUT NEW NORMAL, MEMAKNAI HIDUP BARU

“Kita ini lagi new normal, nanti next normal, kemudian baru masuk post normal di tahun 2022", ujar Hermawan Kartajaya pada sesi webinar yang saya ikuti baru-baru ini. Banyak kita yang masih awam dengan istilah 'New Normal' tersebut. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan 'New Normal'?.

Istilah 'New Normal' pertama kali digunakan tahun 2003 oleh Roger McNamee, ‘seorang pakar investasi dan investor teknologi di siang hari/penyanyi rock di malam hari’. Menurutnya, 'New Normal' atau Normal Baru adalah suatu situasi dimana kemungkinan besar masyarakat bersedia berkompromi dengan aturan/sistem/keadaan baru untuk jangka panjang. Dalam 'New Normal' masyarakat akan melakukan hal-hal yang benar sebagai alternatif, dibanding hanya menyerah pada keadaan.

Selama dan pasca pandemi Covid-19 akan lahir 'New Normal' atau perilaku manusia yang baru, yang berbeda, dan yang aman untuk bekerja, bepergian, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari-hari kita, berubah dari perilaku sebelumnya (Old Normal). Misalnya, masyarakat akan lebih menjaga jarak dengan orang lain saat mengantri, menggunakan transportasi publik, dan akan tetap cenderung menghindari keramaian. Pertemuan secara langsung akan dibatasi, banyak orang akan tetap mengisolasi diri, menghindari dari perkumpulan banyak orang.

Aktivitas higienis akan meningkat. Mencuci tangan dan menggunakan hand sanitizer menjadi hal lumrah. Kegiatan sanitasi dan bersih-bersih menjadi hal biasa di lingkungan rumah maupun pekerjaan. Selain itu, banyak orang akan lebih peduli terhadap kesehatan dengan selalu menggunakan masker untuk menutup mulut dan hidung saat bepergian, dan tetap melaksanakan physical distancing atau memberikan jarak di tempat kerja. Tren menjaga imunitas melalui olahraga teratur dan makan makanan bergizi, akan semakin marak. Banyak kita akan memilih opsi untuk berjalan kaki atau menggunakan sepeda, daripada kendaraan umum untuk berangkat kerja atau melaksanakan perjalanan yang singkat.

Dalam marketing, jika dulu melakukan jual beli harus bertatap muka maka jual beli nantinya ajan terjadi secara online. Bahkan, perkembangan teknologi informasi membuat perjumpaan bisa dilakukan melalui telepon genggam atau gadget yaitu melalui video call. Video conference saya perkirakan juga masih terus berjalan. Kemudian, aktivitas digital akan bertumbuh. E-commerce diprediksi akan tumbuh tinggi karena semakin banyak lapak dan restoran menyediakan jasa pengiriman tanpa kontak fisik. Mobilitas akan sangat terbatas dan cenderung menurun, orang akan memilih berdiam diri di rumah. Online shopping akan mengalami pergeseran signifikan dari produk yang sifatnya keinginan (wants) ke produk yang menjadi kebutuhan (needs), dari membeli barang yang tidak esensial ke esensial (daily needs). Masyarakat akan menghindari makan di luar, dan beralih ke layanan delivery, terjadi pergeseran delivery yang biasanya untuk barang-barang yang sifatnya indulgence (kesenangan/enjoyment), seperti pizza, burger, ke barang utilitas untuk kebutuhan sehari-hari. Ini persis seperti awal-awal saat disrupsi digital telah menghasilkan ekonomi baru yang “more-for-less economy”, contohnya seperti Gojek dan kawan-kawannya itu.

Bisnis yang selama ini bergantung kepada kumpulan massa, sudah harus bertransformasi, mulai mempertimbangkan ganti haluan atau berinovasi agar tetap mampu bertahan. Profesi atau aktivitas yang berkaitan dengan interkonektivitas, mulai olahraga, kampanye, teater, industri pariwisata, perhotelan, musik, restoran, transportasi, sampai pertokoan, kemungkinan besar akan berubah bentuk. Pandemi ini juga akan memaksa banyak orang untuk berwirausaha, karena dipecat atau dirumahkan dari pekerjaan yang sekarang.

Pandemi ini juga kemudian akan memaksa masyarakat untuk meningkatkan penggunaan media online/aplikasi dan video online, semua akan serba online. Belanja, diskusi, silaturahmi, rapat, konferensi pers, membeli makanan, belajar, bermain games, senam, olahraga dapat dilakukan dengan kelas online. Bahkan bukan tidak mungkin kita akan mengucapkan selamat tinggal pada bioskop, karena kita bisa menghadirkan bioskop pribadi di rumah.

Ya, semua jadi serba online, termasuk akan banyak sekolah akan menggunakan sistem online untuk melanjutkan pembelajaran dan home schooling akan semakin menjadi tren. Kalau dulu kita ngerti istilah “instagramable”, nanti akan ada istilah “zoomable” saat meeting virtual di rumah. Banyak orang akan mendekorasi ruangannya agar eye-catching sebagai background meeting.

Ketika masyarakat sudah terbiasa #DiRumahAja maka mereka mulai mencoba berbagai hal baru yang menyenangkan. Salah satunya melakukan self-care dan menyemarakkan tren do it yourself (DIY) ini dapat menjadi kenormalan baru dan pembelian produk-produk terkait self-care ini secara otomatis mengalami peningkatan

Pandemi juga melahirkan kelompok-kelompok solidaritas baru. Mereka yang mampu, pengusaha, relawan, dan kelompok solidaritas ini terpanggil untuk membantu orang-orang kurang mampu yang terdampak selama pandemi. Solidaritas ini lahir sebagai anomali, dimana saat krisis muncul, manusia justru semakin peduli terhadap sesama, semakin kreatif mengekspresikan solidaritasnya. Solidaritas ini telah menjelma menjadi bentuk perlawanan baru terhadap COVID-19. Menghimpun ratusan paket sembako, membagikan masker, melakukan eduksi secara masif, membantu penyemprotan disinfektan semua lahir dari solidaritas, yang mengikis kesenjangan antara kelompok mampu dan tidak mampu.

New Normal akan menghasilkan sebuah dunia baru yang sudah tidak kompatibel lagi dengan dunia sebelumnya. “It’ll be never be the same again”. Entitas bisnis yang tak kompatibel akan tenggelam, tergantikan oleh entitas yang lebih kompatibel, bener-bener seperti distrupsi digital, dimana Gojek, Tokopedia, Traveloka, “merusak pasar” dengan extraordinary valuenya. Di dalam The New Normal, pelan-pelan kita semua akan belajar hidup berdampingan dengan COVID-19, dan menjalani hidup normal yang baru. Sekarang mungkin terasa berat, tapi lama-lama toh akan terbiasa. Bukankah manusia adalah spesies yang bakal terus berevolusi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya?

Sumber foto cover : en.wikipedia.org

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik. Suka membaca dan menulis, seneng marketing dan public relations. Pernah menjadi Juru Bicara Perusahaan dan mengelola penjualan retail untuk seluruh wilayah Indonesia, serta mengelola program TJSL, CSR, dan comdev. Saat ini bertugas mengembangkan produk-produk baru perusahaan.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: