12
Apr
2023
MAKAM SUNAN GIRI
Makam Sunan Giri adalah makam yang berbentuk cungkup dan berarsitektur khas Jawa yang sangat unik terletak di Dusun Giri, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Kawasan ini memang nampak sakral dan berwibawa, terbagi menjadi tiga langkan/area sebelum menuju makam utama, pertama area yang digunakan untuk kegiatan ibadah dan belajar mengajar warga sekitar, ditandai Gapura Bentar dengan Kala Makara berbentuk sepasang naga. Kedua, area yang mulai difungsikan sebagai makam, ditandai juga oleh Gapura Bentar yang sudah tidak berbentuk. Ketiga, komplek area utama yang ditandai Gapura Paduraksa, area ini mencakup cungkup kubur Sunan Giri.
Sunan Giri adalah putra dari Syekh Maulana Ishak dari Arab yang menikah dengan Dewi Sekardadu, putri Raja di Blambangan. Ia adalah murid sekaligus keponakan dari Sunan Ampel. Semasa kecil Sunan Giri bernama Raden Paku alias Muhammad Ainul Yakin, sering disebut juga sebagai Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Tetunggul Khalifatul Mukminin. Mungkin banyak juga yang belum tahu kalau nama Joko Samudro yang diabadikan menjadi Stadion Sepakbola home base Gresik United itu adalah juga adalah sebutan lain untuk Sunan Giri.
KERIS KALAMUNYENG
Berkesempatan juga memegang Keris Kalam Munyeng milik Sunan Giri. Konon kisahnya, keris sakti ini dulunya adalah sebuah pena (kalam) yang sehari-hari digunakan Sunan Giri untuk menulis kitab. Saat dahulu Giri Kedaton diserang oleh prajurit Majapahit, pena tersebut lantas berubah menjadi keris yang melayang berputar di udara (munyeng-munyeng), menghalau penjahat yang datang.
Inilah asal muasal keris tersebut dinamai oleh masyarakat sebagai Keris Kalam Munyeng, atau secara harfiah berarti pena yang berputar-putar. Keris ini memiliki panjang sekitar 36 cm ini, selain juga indah, menariknya, ada lima lekukan lagi di keris Kalam Munyeng Suro Angon-angon yang bermakna Rukun Islam ada lima dan kewajiban umat Muslim menjalankan shalat lima waktu.
Moral of the story-nya mungkin Sunan Giri ingin berpesan kepada generasi sesudahnya bahwa pena adalah sarana penting untuk membangun peradaban, sebagai simbolisasi anjuran menulis sebagaimana pemaknaan pena secara umum. Bahwa menulis dapat menjadi sarana menebarkan manfaat kepada sesama melalui pengetahuan yang kita miliki. Hal ini tepat dan sejalan dengan perintah iqra’ pada wahyu pertama.
Bagaimana pun makam hanyalah sebuah tanda untuk terjalinnya hubungan batin antara peziarah dengan arwah mendiang, baik hubungan imajiner searah, maupun hubungan batin dua arah bagi yang mempercayai. (mi)
Baca juga : Ziarah Syekh Maulana Malik Ibrahim : https://mihwan.id/travelling/z...