Mihwan new

01

Sep

2015

PERBEDAAN PENDAPAT ITU PEMBELAJARAN

Perbedaan pendapat atau dissenting opinion adalah pendapat yang berbeda dengan apa yang diputuskan dan dikemukakan oleh satu atau lebih orang dalam suatu pengambilan keputusan. Istilah dissenting opinion merupakan jargon dalam sejarah peradilan Indonesia yang lahir dan berkembang dalam negara-negara yang menggunakan sistem hukum common law, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Hal tersebut lantas diadopsi negara-negara yang menganut sistem hukum kontinental, seperti Indonesia, Belanda, Perancis, dan Jerman. Penerapan legal opinion khususnya dissenting opinion dalan kasus tersebut tidak lain tidak bukan bertujuan akhir mencari kebenaran hakiki.

Perbedaan tentang pemahaman suatu fenomena di masyarakat sudah menjadi hal yang lumrah. Tak ada satu orangpun yang sama di dunia ini. Setiap dari kita adalah individu yang unik yang senantiasa memiliki persepsi, pemikiran dan pendapat berbeda dalam memandang satu hal yang sama. Bila hidup adalah sebuah seni persepsi (memandang), maka persepsi masing-masing orang memiliki andil dalam menangkap dan menafsirkan suatu fenomena, demikian juga dengan perbedaan pendapat. Berbeda pendapat normalnya tidak selalu berujung pada perpecahan. Malah, boleh jadi argumen dari lawan bicara justru dapat dipandang sebagai tambahan khasanah informasi bagi kita.

Dalam sebuh organisasi misalnya, perbedaan pendapat adalah khasanah yang akan memperkaya pilihan sikap organisasi dan akan meningkatkan dinamika organisasi, serta mendorong pada kemajuan organisasi. Jika untuk berbeda pendapat terhadap suatu fenomena saja tidak diberikan ruang yang memadai, lebih lanjut mengungkapkan ide, sumbang saran, sumbang gagasan pemikiran atas fenomena yang ada dalam organisasi tersebut sudah dibonsai, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan menutup keterlibatan anggota organisasi, bahkan bisa saja menjadi kontraproduktif dengan semangat organisasi.

Perbedaan harus dikelola

Perbedaan pendapat tidak selalu harus dihindari, bahkan harus dikelola. Bila perbedaan pendapat daat kita kelola dan disikapi dengan baik justru akan membawa manfaat dan energi yang besar, walaupun perbedaan pendapat memang rentan memicu konflik dan permusuhan meski orang-orang yang berbeda pendapat belum tentu saling bermusuhan.

Munculnya perbedaan pendapat dalam setiap interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sifat dasar manusia sebagai individu yang unik yang tidak pernah sama dengan individu lainnya. Pengalaman masing-masing manusia dalam kehidupan akan membentuk suatu karakter pribadi yang kemudian menjadi penegas perbedaan antar individu. Disamping itu, terdapat pula beberapa spektrum perbedaan yang sifatnya sekunder seperti keyakinan, pendidikan, pendapatan/pekerjaan, hingga asal daerah. Luasnya spektrum perbedaan ini akan membuat perbedaan pendapat bisa saja terjadi antara kawan kerabat dan handaitaulan, antara atasan dan bawahan, antar pasangan, bahkan antar anggota dalam suatu organisasi, dengan kata lain perbedaan menjadi dimensi yang senantiasa hadir dalam keseharian kita, perbedaan menjadi tidak bisa dilepaskan dari peri kehidupan manusia.

Dalam menyikapi perbedaan, ada kalanya, kita mempunyai standar ganda, yaitu mengakui bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, tapi di saat yang bersamaan kita juga belum berjiwa besar untuk menerima dan memahami perbedaan tersebut. Oleh karena itu sering kita jumpai, perbedaan pendapat hanya berputar-putar pada debat kusir, perdebatan yang tak berkesudahan.

Oleh karenanya, menyadari dan mengenali perbedaan pendapat saja belum cukup. Kita juga perlu mendalami dan memahami bahwa perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan maksud dan keinginan. Perbedaan pendapat tidak selalu merupakan bentuk pertentangan. Seringkali perbedaan pendapat hanya berupa perbedaan sudut pandang. Maka, berangkat dari hal ini, berupaya memahami sudut pandang orang lain menjadi hal yang sangat-sangat penting.

Berbeda pendapat adalah pembelajaran

Perbedaan pendapat dapat menolong kita melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga kita dapat melihat masalah itu secara keseluruhan dengan baik.

Berbeda pendapat adalah belajar menjadi pribadi yang fleksibel. Berselisih secara fair adalah soal berusaha meyakinkan orang lain tentang pendapat kita sekaligus belajar agar kita dapat menerima kebenaran-kebenaran dalam pendapat orang lain. Selain itu berbeda pendapat adalah media berlatih teknik komunikasi. Semakin sering kita mengalami perbedaan pendapat, semakin baik kemampuan kita dalam berselisih. Bukan berarti kita harus sering berselisih, namun lebih menyiapkan diri untuk tidak takut menghadapinya dan memiliki itikad baik untuk menyelesaikan masalah itu.

Berbeda pendapat itu juga belajar mengontrol diri. Perbedanan pendapat yang kita alami seharusnya akan menghantarkan kita menjadi semakin bijak dalam menghadapinya. Perbedaan pendapat juga mengajarkan kita untuk mengontrol emosi diri sendiri. Berbeda pendapat juga berlatih memahami perbedaan. Dengan adanya perbedaan pendapat, kita akan semakin memahami perbedaan itu.

Perbedaan pendapat dapat membentuk reputasi. Berselisih secara tidak langsung akan membentuk reputasi kita pada khalayak umum. Jadi ketika terjadi perbedaan pendapat, kontrol diri ada di tangan kita, saat itu juga kita dapat memilih apakah kita mau dikenal sebagai pencipta, penyelesai, atau penengah sebuah permasalahan.

Beberapa saran

Untuk meminimalisir kemungkinan konflik yang disebabkan oleh perbedaan pendapat, beberapa hal berikut perlu untuk mendapat perhatian. Pertama, ambil kesempatan untuk melakukan klarifikasi. Jika merasa ada perbedaan pendapat atas suatu fenomena yang memerlukan klarifikasi sebaiknya ditanyakan kepada yang bersangkutan. Tidak perlu buru-buru tersinggung, karena bisa saja terdapat perbedaan maksud dan penafsiran dari apa yang kita terima.

Kedua, tanggalkan emosi dan tidak perlu kesal. Perbedaan pendapat acap kali menimbulkan perasaan kesal. Dalam suatu organisasi misalnya, perbedaan pendapat kadang dimaknai sebagai sebuah penghianatan. Hal ini tentu tidak bijak dan jelas menyinggung harkat dan martabat manusia. Jika kita bisa mengutarakan maksud tanpa mengedepankan perasaan kesal yang emosional, kata-kata yang kita utarakan juga akan lebih jelas, lebih santun dan fokus, serta presisi pada maksud yang akan disampaikan. Dengan meredam dan mengendalikan emosi, kita juga bisa berpikir rasional dan dimungkinkan timbulnya pemahaman yang lebih baik.

Ketiga, formulasikan dengan cerdas setiap kata yang akan kita utarakan. Salah satu potensial konflik yang mungkin terjadi dengan adanya perbedaan pendapat adalah terformulasinya kata-kata yang tidak perlu yang berpotensi kehormatan dan harkat martabat lawan bicara. Seseorang yang berbeda pendapat dengan kita, bukan berarti orang itu bodoh. Perbedaan pengetahuan dimungkinkan terjadi akibat perbedaan kesempatan yang dimiliki oleh masing-masing orang. Oleh karenanya, sebaiknya kita menghindari menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Disinilah kecerdasan dalam memilah dan memilih kata menjadi faktor pembeda mana yang intelek dan mana yang tidak, mana yang elegan dan mana yang sembrono.

Keempat, mari menyadari bahwa masing-masing kita memiliki latar belakang pemikiran yang sangat mungkin berbeda. Perbedaan pendapat, dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, dapat berupa perbedaan intuisi, perbedaan pengalaman ilmiah, latar kesejarahan, perbedaan pengalaman empirik, serta lingkungan sosio budaya. Oleh karenanya, sebelum menyalahkan orang yang berbeda pendapat dengan kita, dengan memaksakan pendapat sendiri, Ebiet G. Ade pernah menyeru kita untuk “melihat ke dalam sebelum bicara”, mari sejenak bertukar peran dengan lawan bicara kita. Kita bisa mencoba menelaah hal-hal yang sedang maupun pernah lawan bicara kita alami, sehingga perbedaan pendapat tersebut timbul. Hal ini akan membuat kita menjadi pribadi yang cermat lagi berhati-hati terhadap respon yang akan kita berikan terhadap fenomena perbedaan pendapat.

Kelima, bergaul lah, dapatkan informasi sebaik-baiknya. Hal terpenting yang sering kita abaikan dalan hal perbedaan pendapat adalah, kita cenderung mengabaikan informasi-informasi lain yang dapat memberi alternatif pola pandang kita. Bila kita tidak berusaha membuka pikiran, maka kita akan melihat perbedaan pendapat sebagai ancaman sehingga harus disikapi dengan perlawanan habis-habisan.

Khatimah

Manusia mengerti sesuatu sebatas pengertiannya sendiri dan melihat sesuatu sebatas daya lihatnya sendiri. Ia tidak bisa dan tidak mungkin bisa mengerti dan melihat sesuatu sebagaimana adanya. Sehingga kebenaran yang dilihat berasal dari sudut pandangnya sendiri tersebut bersifat relatif, bukan absolut (mutlak). Kebenaran adalah bersifat relatif, kita wajib menghormati perbedaan pendapat. Jangan bertindak bodoh dengan mengatas-namakan kebenaran, lantas bersikap intoleran dengan melampaui batas terhadap orang lain. Pendapat kita mungkin benar, namun berpotensi salah. Pendapat orang lain mungkin salah tapi berpotensi benar.

Beranilah berbeda pendapat, kebenaran itu dapat diraih dengan keberanian untuk membandingkan sesuatu yang kita yakini dengan apa yang diyakini orang lain. Sikap terhadap perbedaan pendapat adalah ukuran kemanusiaan kita, karena kita adalah seberapa bisa kita menghargai perbedaan pendapat!

Tulisan ini juga dimuat pada Majalah GEMA Edisi No. 262, Juli 2015

Sumber foto : independent.org

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: