15
Mei
2020
Dalam penutup pidato pendirian Fakultas Pertanian Universitas Indonesia—kelak bernama Institut Pertanian Bogor (IPB), Pada 27 April 1952, Bung Karno menubuatkan satu pesan penting; "bahaya kelaparan akan selalu membayangi sebuah bangsa". Ia adalah malapetaka yang harus diatasi. Setiap manusia yang lahir akan dibayangi ancaman itu, karena perebutan bahan pangan yang kian terbatas di tengah bertambahnya jumlah manusia. Bung Karno benar, Thomas Robert Malthus bilang, bahwa jumlah penduduk cenderung meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil, termasuk pangan, meningkat secara arismatik (deret hitung).
”Kita kekurangan kader bangsa, terutama di lapangan pertanian dan peternakan. Aku bertanya kepadamu; sedangkan rakyat indonesia akan mengalami celaka, bencana, malapetaka dalam waktu dekat kalau soal makan rakyat tidak segera dipecahkan; sedangkan soal persediaan makan rakyat ini bagi kita adalah soal hidup atau mati,” kata Bung Karno.
Bung Karno berpesan bahwa secepat mungkin sebagai bangsa kita menyadari bahwa produksi pangan adalah hal yang penting. Kita perlu ahli pertanian, kehutanan, dan ahli pemupukan. Ia menyebut mereka yang terjun dalam dunia pertanian sebagai pahlawan pembangunan yang ber- peran dalam usaha memperlipatgandakan produksi makanan.
Pengembangan pupuk dan teknologi pertanian adalah mimpi dari Bung Karno. Dalam pidato pembukaan IPB, ia menyebut bahwa indonesia masih menanti ”mesin-mesin pengetam padi; menunggu pekerja-pekerja yang di bawah pimpinan pemuda-pemudi kita, bersama-sama dengan mereka membanting tulang dan mengulurkan urat, mencucurkan keringat habis-habisan”.
Peradaban disokong oleh pangan yang layak dan banyak. Makanan yang tersedia merupakan tolok ukur majunya sebuah masyarakat. Bung Karno menyebut, jika Indonesia ingin maju, maka usaha intensifikasi pertanian harus ditempuh untuk menambah persediaan makanan.
”Jalan lain itu ialah mengintensifkan usaha pertanian kita, khusus dengan seleksi dan pemupukan. Jalan lain ini malahan harus kita usahakan pula benar-benar. oleh karena kemungkinan untuk menambah luasnya daerah sawah kita, adalah terbatas sekali,” katanya.
Petrokimia Gresik adalah bagian dari ikhtiar bangsa yang besar ini untuk mewujudkan cita-cita Bung Karno. Presiden pertama kita itu menyebut bahwa kalau sebuah bangsa tidak mau mati, maka ia harus melakukan inovasi dan mengadopsi kemajuan. Ia menyebut bahwa pupuk-pupuk yang ada di dunia bisa dibuat di indonesia. Idealisme ini yang kemudian menular dan menjadi semangat bagi Petrokimia Gresik untuk melahirkan produk-produk unggulan yang sukses di pasaran. Dalam bahasa kontemporer, perusahaan berkontribusi dalam salah satu program Nawacita Pemerintah: Kedaulatan Pangan.
Cita-cita kedaulatan pangan itulah yang telah terpatri sejak kemerdekaan diproklamasikan. Bung Karno pernah berkata bahwa kedaulatan pangan hanya bisa dicapai apabila tanaman kita subur. penyedian pupuk, menurut Bung Karno, adalah upaya mewujudkan cita-cita kedaulatan.
”Maka kalau kita membikin pupuk-pupuk itu di negeri kita sendiri tak perlulah kita membelinya di luar negeri. Tak perlulah kita tergantung dari keadaan deviezen lagi. Tak perlulah kita tergantung dari keadaan politik di negara orang,” kata Bung Karno.
Untuk itu, ikhtiar tiada jeda Petrokimia Gresik dalam mengembangkan produk pupuk dan segala yang berkaitan dengan pertanian harus dimaknai sebagai pengabdian terhadap bangsa. Semuanya diabdikan untuk negeri, tanpa kenal lelah, tanpa pernah surut ke belakang untuk menghadapi beragam tantangan.
Kerja keras petrokimia Gresik berada di jalur yang benar, karena semuanya semata-mata untuk kepentingan publik, seperti kata Bung Karno: ”selama kita hanya main sinisme saja dan senang mencemooh, selama kita tidak bekerja keras, memeras keringat mati-matian menurut plan yang tepat. Revolusi pembangunan harus kita adakan... paling segera diatas lapangan persediaan makanan rakyat.”
Sumber Tulisan : Buku Langkah Nyata Menjadi Solusi Bagi Agroindustri (2018), hal. 22-23. Penulis adalah salah satu penyusun buku tersebut.