White rice lot

02

Agu

2020

POLITIK BERAS

Pagi ini saya membaca artikel soal persaingan sehat impor beras dan dugaan mafia di perberasan, menarik juga. Adalah betul kalau faktor beras itu jangan pernah dianggap remeh temeh. Kalau kita lihat tabel Input-Output Indonesia (Indonesia I-O Table) hasil penelitian BPS yang dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan Sistem Neraca Sosial Indonesia, 'ekonomi beras' itu menjadi sektor kunci dalam perekonomian Indonesia. Ini sebabnya beras dulu disebut produk strategis seperti halnya listrik, air dan BBM oleh UUD 1945, sehingga wajib dikuasai dan dikendalikan Negara, karena beras menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. Apalagi menilik "koefisien linkage" komoditi beras dengan sektor-sektor ekonomi lainnya menunjukkan koefisien paling besar. Itu artinya, sektor ekonomi beras memegang peran kunci di dalam memainkan roda perekonomian nasional.

Sekarang ini sepertinya Pemerintah telah me-mekanisme-pasarkan beras, beras telah diserahkan sepenuhnya pada kekuatan supply dan demand. Niat Pemerintah itu baik, asal pasar memang berjalan secara fair dan tidak dirusak oleh kekuatan monopolis yang kemudian mendikte harga pasar.

Banyak pihak mensinyalir bahwa supply beras di pasaran dikuasai oleh mafia beras, yang bukan saja menguasai perdagangan beras dalam negeri, tapi juga menguasai jalur perdagangan ekspor-impor beras dari dan ke Indonesia. Akibatnya harga jadi rusak, bukan hanya harga tapi juga menyebabkan kelangkaan pasokan. Nah.

Asal kita tahu saja, beras itu dibeli setiap kilogram dari petani nggak sampai Rp 5.000, tetapi di pasaran kini paling murah berkisar Rp 10.000 sampai 12.000, dan terus cenderung naik dari waktu ke waktu. Celakanya, mafia-mafia beras itu karena punya gudang-gudang beras yang bisa menyimpan atau menimbun stock beras melebihi kemampuan BULOG dalam stocking beras, dengan mudahnya bisa mengatur supply beras dalam negeri, sedang banjir atau kosong di pasaran.

Kurang ajarnya mafia beras itu, bila harga beras internasional sedang murah dan melimpah, mereka bikin stock beras di pasaran seakan-akan kosong atau kurang sehingga memaksa Pemerintah untuk melakukan impor beras. Ketika beras impor masuk, mereka akan melepas itu beras impor dan stock gudangnya yang sesungguhnya masih banyak itu untuk membanjiri Pasar sehingga otomatis menjatuhkan harga jual beras petani dalam negeri. Jatuhnya harga jual beras petani, tentu sangat menguntungkan para mafioso itu, karena mereka bisa men-stock kembali dengan harga jauh lebih murah. Begitu seterusnya dan seterusnya. *huft

Dalam jangka panjang, kalau mafia beras itu dibiarkan saja, akan sangat berbahaya. Kita pasti tahu bahwa harga pangan itu bisa dijadikan alat politik untuk mendatangkan kerusuhan agar terjadi sebuah perubahan rezim disuatu negara, tapi semoga tidak sampai begitu. Namun ya apa salahnya untuk mengantisipasinya? Kita harus belajar dari Mesir yang bergolak beberapa tahun lalu itu, gara-gara roti dan daging dibikin mahal. Dukung Pemerintah perangi Mafia Beras!

Sumber foto cover : pikrepo.com

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: