3812183

09

Feb

2015

VISI RISET PERTANIAN MASA DEPAN

Dewasa ini dan di masa yang akan datang, sektor pertanian akan menghadapi tantangan yang makin meningkat, tidak saja dari sisi ekonomis, melainkan juga sisi keberlanjutan. Etika ‘produksi sebanyak-banyaknya’ untuk memenuhi kecukupan pangan sudah tidak lagi relevan untuk dipraktekkan. Senyampang dari itu, dunia pertanian saat ini sedang hangat dengan paradigma ‘kalau tidak untung, maka tidak berkelanjutan’, yang merefleksikan betapa egoisnya kita di sektor pertanian dan memandang aktivitas pertanian secara sangat eksklusif. Paradigma ini selama puluhan tahun menjebak sektor pertanian pada anggapan bahwa pertanian bukan bagian dari ekosistem secara holistik termasuk manusia di dalamnya.

Fakta tersebut kemudian membawa sektor pertanian dalam kondisi alienasi dan menghadapkan sektor pertanian pada dilema pelik yang dihadapinya sendiri. Syarat keberlanjutan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan membatasi ruang geraknya, khususnya dalam memenuhi tuntutan kebutuhan pangan dan sebagian energi. Penurunan produktivitas lahan terjadi di seluruh dunia akibat kerusakan tanah dan pergeseran iklim dan cuaca.

Mari kita lihat sektor pertanian kita. Dilema yang kita hadapi adalah bahwa pertanian global harus tetap produktif dan menghasilkan untuk memenuhi pasokan pangan jangka panjang pada kondisi tanah dan iklim yang sudah tidak lagi seproduktif seabad yang lalu. Jaring pengaman utama yang diyakini oleh para ahli di seluruh dunia adalah melalui penelitian dan pengembangan teknologi yang mampu mengatasi kendala tersebut. Tanpa riset yang menghasilkan teknologi inovatif, target kecukupan pangan mustahil terlaksana.

Etika Baru Sektor Pertanian

Etika ‘produksi sebanyak-banyaknya’ diyakini hanya berujung pada menghasilkan bahan baku yang murah bagi masyarakat setempat dengan nilai tambah yang hanya dinikmati oleh masyarakat di tempat lain. Masyarakat setempat di sekitar areal produksi tidak banyak menikmati dan berakibat minimnya insentif untuk mempertahankan kesehatan ekologi masyarakat. Keluhuran perilaku yang juga hilang adalah simpati dan kepedulian terhadap ekosistem lahan dan air yang mendukung kehidupan manusia. Jika hal ini terus dilakukan, maka hasil akhirnya adalah kerusakan ekologis.

Konsumsi terbesar masyarakat adalah sektor pangan. Menurut John Thackara, ahli perancang bisnis dari MIT, penulis buku spektakuler : Winners! How Europe's Most Successfull Companies Use Design to Innovate, hal tersebut disebut dengan ‘nilai hubungan’ yang menghasilkan perpaduan antara etika dan pertanian dalam paradigma baru. Paradigma baru tersebut selanjutnya menghasilkan peningkatan tuntutan pelanggan terhadap: (i) pangan bermutu dengan citarasa unggul, (ii) kesehatan dan nutrisi, serta (iii) sistem produksi pangan yang baik, mencakup aspek lingkungan, kesehatan ternak, dan (iv) kompensasi yang cukup bagi petani dan pekerja di ladang.

Tuntutan Peningkatan Produktivitas Pertanian

Memperhatikan tuntutan peningkatan kebutuhan produk pertanian di masa-masa mendatang, tidak ada pilihan lain kecuali dengan meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Dalam menyikapi rendahnya harga komoditas pertanian beberapa waktu terakhir ini akibat krisis keuangan global, Profesor Stefan Tangerman dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), seorang Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Göttingen meyakini harga tersebut akan segera naik kembali. Alasannya, ketika krisis sudah teratasi, maka faktor-faktor penentu jangka panjang akan mulai berpengaruh.

Tantangan lain yang dihadapi adalah dampak perubahan iklim yang diyakini akan makin menyulitkan upaya peningkatan produktivitas pertanian global. Tim Wheeler seorang Profesor crop science dari Universitas Reading, Inggris, menyatakan bahwa perubahan iklim secara nyata akan meningkatkan risiko produktivitas pertanian di berbagai wilayah.

Peran Teknologi

Dalam ikhtiar mengatasi berbagai hambatan dalam peningkatan produktivitas pertanian, nyaris seluruh ahli di dunia sepakat bahwa kunci utamanya adalah pada teknologi. Teknologi baru diharapkan mampu meningkatkan hasil panen dengan masukan produksi yang efisien dan tidak merusak lingkungan, bahkan mampu menangkal dampak perubahan iklim, seperti kekeringan, serangan hama dan penyakit, dan tahan terhadap cekaman fisik.

Untuk menghasilkan teknologi yang dibutuhkan dalam inovasi pertanian di masa mendatang, kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian perlu diintensifkan. Friedrich Berschauer, Profesor dan mantan CEO Bayer CropScience AG menyatakan bahwa kita harus membawa kembali pertanian ke jantung dari kebijakan penelitian dan pengembangan internasional dan sekali lagi melakukan investasi yang lebih intensif pada penelitian, teknologi, dan infrastruktur pertanian.

Di Indonesia, peran penting teknologi dalam mewujudkan kedaulatan pangan secara umum di dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok besar, yaitu ; Pemuliaan tanaman, pemanfaatan agensia hayati, pembenah tanah, dan pengembangan input produksi yang efisien. Sesuai dengan tuntutan pasarnya, pengembangan teknologi melalui kegiatan penelitian dan pengembangan perlu memperhatikan unsur-unsur kelestarian lingkungan dan keberlanjutan usaha.

Visi Riset Sektor Pertanian di Masa Mendatang

Dengan faktor pembatas utama berupa peningkatan produktivitas, terutama yaitu tanah produktif dalam jangka panjang dan perubahan iklim, maka arah program penelitian dan pengembangan pertanian adalah mengatasi faktor pembatas tersebut dengan teknologi yang efisien. Efisiensi teknologi tidak lagi hanya diukur dari pengurangan biaya produksi, tetapi juga harus memperhatikan biaya-biaya kompensatif untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan landasan dan sasaran tersebut di atas, visi program penelitian dan pengembangan sektor pertanian di masa mendatang adalah sebagai berikut.

  1. Bidang Tanaman, program di bidang ini akan didominasi oleh kegiatan pemuliaan tanaman dan perakitan varietas tanaman unggul yang toleran terhadap perubahan iklim (suhu dan kekeringan), serangan hama dan penyakit, dan produktivitas tinggi. Aspek fungsional tanaman (kesehatan dan nutrisi) juga menjadi spirit program di bidang ini.
  2. Bidang Hayati, pemanfaatan agensia hayati akan dilakukan guna memenuhi tuntutan pasar yang mengutamakan kesehatan lingkungan dan efisiensi usaha dibandingkan dengan teknologi konvensional. Fokus yang menjadi perhatian utama antara lain menyangkut efisiensi pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, biodekomposer, functional crops, produksi vitamin dan antibiotik, serta produk-produk probiotik.
  3. Bidang Pembenah Tanah, intensifitas penggunaan pupuk anorganik di masa mendatang akan menumbuhkan semangat efisiensi melalui peningkatan daya dukung lahan. Hal ini akan dilakukan dengan melakukan pembenahan tanah dan penggunaan pupuk organik. Pada kondisi ini definisi pupuk akan bergeser ke arah pembenah tanah. Komponen utama dari produk ini adalah bahan organik, mineral kapur alumino-silikat, dan agensia hayati. Satu bahan yang akan mewarnai formulasi pembenah tanah di masa mendatang adalah bahan organik yang diyakini mampu menyehatkan tanah dari racun dan gas-gas hasil respirasi akar dan dekomposisi bahan organik tanah.
  4. Efisiensi Input Produksi, upaya lain yang diperkirakan akan menjadi fokus kegiatan penelitian dan pengembangan di masa mendatang adalah pemanfaatan senyawa-senyawa aktif organik dan/atau hayati untuk perakitan produk baru yang lebih efektif dan efisien. Bahan aktif yang akan mendapatkan perhatian lebih banyak adalah bahan humik sebagai bahan pupuk organokimia, biopestisida, dan metabolit sekunder mikroba, serta asam organik dan/atau enzim untuk bioproses.

Pembangunan industri berbasis agrokimia untuk menopang pembangunan pertanian yang berkelanjutan mutlak berlandasakan daya saing pada keunggulan teknologi. Kedigdayaan teknologi pertanian di masa depan hanya mungkin diperoleh melalui program penelitian dan pengembangan secara massive dan berkesinambungan yang berorientasi pada kebutuhan pasar masa depan.

Program penelitian dan pengambangan ke depan harus mampu menjadi penentu kecenderungan masyarakat, khususnya pertanian nasional dan regional pada umumnya. Untuk itu, selain program riset pengembangan produk yang produktif, organisasi, tenaga, dan anggarannya harus tersedia secara kontinyu dan layak.

Senarai Acuan

Bayer CropScience. 2008. Global agriculture needs to become more productive in order to increase the food supply. www.bayercropscience.com. October 31, 2008.

Food and Agriculture Organization. 2007. Bioenergy growth must be carefully managed. FAO Newsroom. www.fao.org. Desember 21, 2008.

Goenadi, D.H, 2007. Pengembangan Riset (tidak dipublikasikan)

Leopold Center. 2006. Agriculture needs a new ethic. Toward A Sustainable Future. Summer 2006 Vol. 18 No. 2. www.leopold.iastate.edu.

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: