17
Feb
2015
Kota Blitar dikenal sebagai kota tempat dimakamkannya salah putra terbaik bangsa ini, Bung Karno. Saya membaca beberapa buku sejarah yang menyebutkan Blitar sebagai daerah penghubung antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang). Dahulu, Blitar dipandang sangat strategis karena menjadi jalur transportasi 2 (dua) daerah yang bersaing seperti Dhoho dan Singosari, serta perseteruan antara Panjalu dan Jenggala seperti yang diceritakan dalam Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca.
Dalam kisah lain, pada tahun 1316 dan 1317 Kerajaan Majapahit carut marut karena terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti dan Sengkuni. Kondisi itu memaksa Raja Jayanegara untuk menyelamatkan diri ke desa Bedander (yang diyakini oleh sejarahwan berada di Blitar) dengan pengawalan pasukan Bhayangkara dibawah pimpinan Gajah Mada.
Ada juga kisah bahwa Blitar awalnya disebut Balitar (Bali = kembali, Tar = pasukan Tartar), istilah untuk mengingatkan bahwa pasukan monggolia/Tartar berhasil ditaklukkan oleh Adipati Aruo Blitar di daerah ini pada sekitar tahun 1500-an
Blita juga selalu identik dengan PETA (Pembela Tanah Air). Pemberontakan yang terjadi pada tanggal 14 Februari 1945 itu, merupakan perlawanan yang paling dahsyat atas kependudukan Jepang di Indonesia yang dipicu dari rasa empati serta kepedulian para tentara PETA atas siksaan yang dialami rakyat Indonesia oleh penjajah Jepang.
Ohya, saya juga baru-baru saja tahu kalau kata "PATRIA" (PembelA Tanah air, Rapi, Indah, dan Aman) sebagai semboyan kota Blitar diambil dari bahasa sansekerta yang artinya "cinta tanah air". Senang sempat berkunjung ke kota Pembela Tanah Air ini.. Semoga Blitar terus maju...