Masjid Kudus

03

Apr

2015

MASJID KUDUS SIMBOL HARMONISASI

Masjid Menara Kudus atau Masjid al-Aqsa atau masjid al-Manar terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Masjid ini diperkirakan didirikan pada tahun 956 Hijriah atau 1537 Masehi oleh Sunan Kudus.

Masjid dengan ± 2400 m2 ini memiliki satu keistimewaan, yaitu Menara Kudus. Menara Kudus ini sangat familiar bahkan orang lebih mengenal menara Kudus daripada Masjid Kudus. Bentuk menara ini mengingatkan akan bentuk candi yang bercorak Jawa Timuran. Menara ini merupakan bangunan cagar budaya hasil dari akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam, bahkan dengan unsur kebudayaan asli. Seni ukiran dan bangunan Menara Kudus menunjukkan tradisi seni bangunan Hindu Jawa Majapahit, sedangkan menara Masjid Kudusnya sendiri mirip dengan Candi Jago.

Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jata yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M.

Bangunan menara yang seperti candi Hindu jadi bagian khas dari Masjid Al-Aqsa. Memang masih diperdebatkan, apakah menara tersebut merupakan peninggalan budaya Hindu atau memang peninggalan Sunan Kudus sendiri. Namun, alasan kedua lebih kuat di mata masyarakat sekitar sebab tata letak menara menghadap ke Barat, berbeda dengan candi Hindu yang menghadap ke gunung, sedangkan Gunung Muria terletak di utara Kudus.

Selain itu, ada juga tempat wudhu yang unik, dengan panjang 12 m, lebar 4 m, dan tinggi 3 m. Bahan bangunan dari bata merah, lantainya ubin keramik. Bentuk bangunan persegi panjang, dengan delapan jumlah pancuran dengan arca yang diletakkan diatasnya, konon hal ini mengadaptasi dari keyakinan Budha, “Delapan jalan kebenaran” atau “Asta Sanghika Marga”.

Di belakang Masjid legendaris yang konon kabarnya, batu pertama yang diletakan untuk membuat masjid ini didatangkan dari Baitul Maqdis atau Palestina, terdapat kompleks makam, diantaranya makam Sunan Kudus dan Para ahli warisnya, serta pada tokoh lainnya seperti Panembahan Palembang, Pangeran Pedamaran, Panembahan Condro, dan tokoh-tokoh lainnya.

Eksistensi Menara Kudus ini membuktikan adanya toleransi dan keharmonisan hubungan antar umat beragama pada masa lampau. Selain mendirikan masjid yang mirip dengan candi, setiap ada perayaan Idul Adha, Sunan Kudus melarang masyarakat sekitar menyembelih sapi. Alasannya, karena sapi merupakan hewan yang dimuliakan dalam agama Hindu.

Keindahan Masjid Menara Kudus memberi pesan pada kita bahwa toleransi antarumat beragama yang telah ada sejak lama penting untuk dijaga. Perbedaan agama bukanlah alasan untuk saling menonjolkan ajaran, menyombongkan aliran. Namun, dengan diversitas agama dan kebudayaan yang berbeda kita malah justru dapat menemukan harmnonisasi yang indah dalam kehidupan. Senangnya sempat mampir ke Masjid legendaris ini.. (mi)

Sumber foto cover : daaruttauhiid.org

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: