16
Apr
2020
Pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda membuat kita mengakrabi banyak hal untuk menanggulanginya. Antiseptik dan disinfektan adalah dua dari sekian banyak istilah yang akrab ditelinga kita. Kedua bahan ini memang bisa digunakan untuk membunuh virus. Namun, penggunaannya tidak bisa disamakan. Banyak orang yang masih menggunakan istilah antiseptik dan disinfektan secara bergantian. Padahal, keduanya merupakan hal yang berbeda fungsinya. Karena itu, kita perlu mengenal lebih dalam perbedaan antiseptik dan disinfektan, agar ke depannya tidak salah menggunakannya.
Antiseptik adalah salah satu jenis disinfektan yang menghancurkan atau menghambat mikroorganisme pada jaringan hidup tanpa mengakibatkan cedera. Sedangkan, disinfektan adalah zat yang berfungsi menghancurkan dan menghambat mikroorganisme patogen pada keadaan nonspora atau vegetatif.
Antiseptik diperuntukkan untuk membunuh bakteri dan virus yang digunakan di tubuh. Sementara itu disinfektan digunakan di permukaan benda, seperti meja, gagang pintu, dan lain-lain.
Ada beberapa jenis antiseptik yang biasa digunakan sehari-hari. Masing-masing biasanya dikemas menjadi jenis yang berbeda, seperti : Antibacterial dye (merawat luka jatuh dan luka bakar), Alkohol, Halogenated phenol, (sabun/cairan pembersih), Chlorexidine (pembersih luka terbuka), Peroxide (obat kumur), Povidone iodine (betadine). Sedangkan untuk disinfektan adalah sebagai berikut : Chlorine/kaporit (membersihkan air), Glutaraldehyde 2% & Chloroxynol 5% (disinfektan alat operasi).
Keduanya memiliki konsentrasi yang berbeda. Namun kita dapat menggunakan bahan kimia yang sama dengan desinfektan dan antiseptik dengan memvariasikan konsentrasinya. Sebagai contoh, fenol dapat digunakan sebagai antiseptik jika konsentrasinya 0,2 persen tetapi untuk digunakan sebagai disinfektan konsentrasi harus 1 persen. Contoh lain Alkohol dengan konsentrasi 60-70 persen lebih efektif sebagai antiseptik jika dibandingkan dengan yang memiliki konsentrasi 90-95 persen). (Sumber : www.pharmaguideline.com).
Penghancuran sel mikroorganisme antiseptik terjadi melalui sistem limfatik, dan dengan demikian mereka menghancurkan bakteri yang ada di dalam tubuh manusia. Disinfektan bekerja dengan 'mengganggu' metabolisme mikroba yang ada pada permukaan benda dan terlibat dalam penghancuran dinding sel mikroorganisme.
Hidrogen peroksida adalah salah satu bahan yang umum terkandung pada antiseptik dan disinfektan. Namun konsentrasinya lebih rendah pada antiseptik ketimbang disinfektan. Zat lainnya yang sering digunakan pada disinfektan adalah sodium hipoklorit (pemutih). Bahan aktif yang juga umum terkandung pada cairan pemutih ini efektif membunuh virus, bakteri dan jamur, 10-60 menit setelah disemprotkan pada permukaan benda keras. Baik antiseptik maupun disinfektan mengandung bahan yang bernama biosida. Biosida adalah bahan aktif yang digunakan untuk membunuh bakteri serta kuman. Namun biasanya, kandungan biosida yang ada di dalam antiseptik jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di dalam disinfektan. Senyawa merkuri seperti phenylmercuric borate, merbromin (Mercurochrome®), mercurobutol (Mercryl®), thimerosal (Merthiolate®, Timerosal®) memiliki khasiat terbatas, dapat menyebabkan efek samping yang serius (toksik pada ginjal, sistem saraf pusat dan saluran pencernaan; alergi dan mencemari lingkungan. Penggunaannya harus ditinggalkan. (Sumber : medicalguidelines.msf.org).
Manfaat disinfektan antara lain : Membersihkan permukaan benda (meja, laintai, dll), membersihkan pakaian, sterilisasi alat-alat kesehatan. Sedangkan antiseptik bermanfaat untuk mencuci tangan, membasmi kuman selaput lendir (uretra, kandung kemih, vagina), membersihkan kulit sebelum operasi, haya yang mungkin ada pada kulit, mengobati infeksi kulit, tenggorokan dan mulut.
Disinfektan berbahaya bagi makhluk hidup sehingga kita tidak dapat menggunakannya pada kulit kita. Sedangkan antiseptik tidak berbahaya jika diaplikasikan ke tubuh.
Beberapa jenis antiseptik dan disinfektan yang konsentrasinya kuat, dapat menimbulkan luka bakar di kulit, jika tidak dilarutkan dengan air ataupun cairan lainnya terlebih dahulu. Bahkan, bahan yang sudah dilarutkan pun masih berisiko menimbulkan iritasi oleh karena itu sangat tidak disarankan untuk mengaplikasikan disinfektan pada permukaan kulit atau jaringan hidup lain, apabila dibiarkan menempel di kulit terlalu lama (dermatitis kontak).
Sumber tulisan : Healthline dengan penambahaan dari berbagai sumber.Sumber Gambar : nycoproducts.com