Untitled 171 2

25

Apr

2020

ANDA SALAH, TAKJIL BUKAN MAKANAN BERBUKA PUASA.

Kebanyakan dari kita pasti selalu menyebutkan makanan yang disajikan dan disantap untuk berbuka puasa dengan istilah takjil. Berbuka hari pertama juga begitu; "Monggo takjilnya, Pak", di feed IG saya juga dijumpai promo-promo; "Tersedia takjil gratis untuk pemesanan minimal 20 orang", atau ajakan untuk ngabuburit, "berburu takjil", dan lain-lain. Tapi tahu nggak, ternyata kita salah, 'takjil' bukanlah bermakna makanan untuk berbuka puasa!.

Takjil, namun sebenarnya lebih tepat kalau ditulis dengan Ta'jil karena tanda kutip di atas sebagai tanda dari huruf AIN (ع) adalah sebuah kosakata bahasa Arab, yakni ‘ajila atau menyegerakan. Akar katanya ajjala, yu’ajjilu, ta’jiilan artinya menyegerakan, mempercepat. Ta’jilul fitri = menyegerakan berbuka (puasa). Dari terminologi ini nyata bahwa makna ta'jil tidak ada hubungannya sama sekali dengan makanan. Dalam pengertiannya, ta'jil adalah “mempercepat”, dalam hal ini adalah memercepat berbuka saat tiba waktunya, jangan menundanya. Karena dalam Islam, menyegerakan berbuka puasa adalah sebuah anjuran.

Jadi sebenarnya ta'jil itu penekanannya bukan pada makanan, tapi bagi umat Islam di Indonesia, maknanya sudah bukan lagi untuk menyegerakan berbuka puasa, tapi dikonotasikan dengan kuliner. Dulu Wali Songo memperkenalkan ta'jil dalam bentuk hidangan lokal. Pada awal penyebaran Islam khususnya di pulau Jawa, hidangan khas Indonesia yang menjadi menu ta'jil populer adalah kolak. Kata kolak sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu khalik yang artinya Tuhan, Yang Maha Pencipta.

Makna Filosofi Kolak, Makanan Favorit untuk Berbuka #

Dalam islam dianjurkan sebelum berbuka dengan makanan yang berat, terlebih dahulu dibatalkan dengan makan makanan kecil dan manis, sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah s.a.w adalah dengan memakan buah Kurma. DI Indoneisa, selain kurma, makanan yang populer sebagai teman berbuka adalah kolak. Tapi siapa sangka ternyata kolak memiliki makna filosofis yang dalam sebagai hikmah untuk kita.

Bahan dasar kolak adalah pisang kepok yang digunakan dalam kolak berhubungan dengan bahasa jawa "kapok" yang artinya jera, mengingatkan manusia agar jera berbuat dosa dan bertaubat pada Tuhan. Sehingga setiap kita menikmati menu kolak, seyogiyanya kita harus ingat dan berkomitmen untuk tidak mengulang lagi dosa yang telah diperbuat. Kolak juga berasal dari kata 'khala' dalam bahasa Arab yang berarti kosong. Bahwa tugas manusia di muka bumi ini sejatinya adalah mengosongkan diri dari segenap dosa.

Bahan berikutnya adalah ubi, yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan "telo pendem", yang diartikan mengubur kesalahan dalam-dalam. Dapat juga diartikan agar manusia senantiasa mengingat bahwa hidup hanyalah sementara, karena pada akhirnya kelak, hidup manusia akan sama seperti ubi tersebut yang terpendam di dalam tanah. Ada juga bahan santan, yang dalam bahasa Jawa disebut "santen" yang menjadi kependekan dari "pangapunten" atau permohonan maaf.

Inilah makna filosofis dari semangkuk kolak yang sering kita santap. Penafsiran ini merupakan ikhtiar baik untuk menjadikan makanan sebagai media pembelajaran budi pekerti dan penguat keyakinan keagamaan. Makanan yang sederhana namun sarat makna. Selamat berbuka! (mi)

Baca juga seri Religi :

1. Ternyata Bukan Minal Aidin Wal Faizal

2. Adab Mudik Seorang Musafir

3. Jangan Remehkan Budaya Mudik

Sumber foto cover : citynomads.com

“Manusia masih berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”.


(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: