Kanjuruhan

11

Agu

2020

AREMA, CINTA YANG TAK LEKANG

BERANGKAT DARI CINTA #

Nonton sepakbola di Kanjuruhan, kandang Arema pasti seperti kita nonton bola di Santiago Bernabeu, kandang Los Merengues atau di Estadio de Alberto J. Armando markas Boca Junior. Atmosfernya begitu kentara, suporternya sangat kreatif. Inilah yang sering menarik perhatian publik bola dunia dari Arema yakni polah-tingkah komunitas supporternya yang dikenal dengan sebutan Aremania. Aremania banyak dipuji sebagai prototipe supporter sepak bola modern yang ideal untuk masa depan sepakbola Indonesia. Mereka mampu menggabungkan unsur fanatisme terhadap klub kebanggaan dengan sportivitas terhadap pemain dan supoter lawan, serta kreativitas dalam menghidupkan atmosfer pertandingan.

Militansi Aremania memang tak diragukan. Mereka sanggup bernyanyi dan menari sepanjang pertandingan untuk mendukung Arema. Ada kekuatan cinta yang membuat mereka tetap memberi dukungan walaupun Arema mengalami kekalahan, dan yang lebih patut diacungi jempol banyak pihak. Cinta Aremania memang untuk Arema tapi juga cinta pada bangsa dan negara, inilah membuat mereka menyanyikan lagu "Padamu negeri" di awal dan di penghujung pertandingan. Nasionalis militanis!. Aremania juga kondang dengan tri komitmen luhurnya, yakni ; “Loyalitas tanpa batas”, “Fanatik namun berkode etik”, danNo leader just together”, slogan ini banyak dicontoh klub-klub sepakbola lain di Indonesia. Belum lagi slogan humanis macam; “salam satu jiwa” dan “Only God can Stop Us” yang menjadi semangat perdamaian dan fighting spirit hingga peluit akhir berbunyi. Militansi inilah yang membuat banyak pemain asing, macam, Paco dan Juan Rubio, Rodrigo Araya, Franco Hitta, begitu betah tinggal di Malang. Ini juga rahasia duo Singapura; Noh Alam Shah dan M. Ridhuan, serta Pierre ‘papa’ Njanka pemain timnas Kamerun yang yang telah bermain pada dua edisi Piala Dunia 1998 dan 2002 menolak tawaran klub lain saat itu. Tanyakan hal serupa pada il Capitano Johan Ahmad Farizi dan ‘the one man club’; Dendi Santoso. Militansi itu pula yang membakar semangat, membuat para pemain bermain bagai ‘singo edan’ dan sanggup mengalahkan tim-tim yang di atas kertas lebih unggul.

BUKAN SEKEDAR KLUB #

Tapi Arema sesungguhnya bukan sekedar klub. Barcelonistas, menyebutnya “Mes Que Un Club”. Kata tersebut dapat dijumpai berada di tribun timur Nou Camp, yang memiliki arti “lebih dari sekedar klub,” Arema kurang lebih demikian. Tidak hanya klub, Arema adalah sebuah identitas, suatu simbol, atau lambang yang menandakan kebanggaan terhadap orang asal Malang. Oleh karena itu, sebutan Arema bukan sekedar melekat pada komunitas sepak bola, namun juga digunakan sebagai identitas mulai dari komunitas sopir angkutan umum, mahasiswa asal Malang, tukang bakso, restoran, komunitas tinju, hingga kongkow-kongkow kaum jetset, dan lain-lain.

Identitas dan rasa bangga seperti inilah yang membuat Aremania rela membanting tulang, bekerja keras demi dapat membeli tiket pertandingan yang terkadang juga harus dilalui dengan antrian mengular. Saat keuangan klub sedang krisis, tidak jarang Aremania “bantingan” demi menghidupi klub kesayangannya. Bisa jadi banyak orang menganggap hal ini adalah sesuatu yang kegilaan, namun bagi Arema hal ini dipahami sebagai sebuah pengorbanan besar yang harus diperjuangkan di atas lapangan karena melibatkan kebanggaan dan jiwa-jiwa yang dipertaruhkan.

AREMANIA, KATALISATOR SOSIAL

“Kami ini Aremania, kami selalu dukung Arema,” penggalan lirik ini akan membuat siapun merinding ketika menonton Arema bertanding, apalagi di Kanjuruhan, kandang mereka. Gegap gempita, gemuruh semangat serta dukungan Aremania seperti sebuah angin energi bagi tim untuk bermain lebih lebih baik dan militan. Aremania lazim dikenal dan diakui sebagai kelompok suporter yang kreatif saat berada di stadion. selalu menyanyikan lagu yang menarik yang akhirnya lagu-lagu aremania banyak dicontoh dan diadopsi oleh kelompok suporter lain untuk mendukung klubnya. Aremania adalah contoh bahwa sepak bola bukan hanya tentang permainan 11/90, antara sebelas lawan sebelas dalam sembilan puluh menit. Tapi, mengandung arti yang sangat dalam, tentang persaudaraan, jiwa sosial, dan loyalitas.

Aremania memang lahir bukan sekedar untuk menonton Arema bertanding, tapi lebih dari itu untuk memberi dukungan pada Arema, demikian singkatnya Aremania sebagai sebuah komunitas. Komunitas sendiri berasal dari kata basa latin "communitas" yang artinya "kesamaan", menurut teori terbentuknya, kelompok seperti ini terbentuk karena sekelompok orang memiliki kesamaan secara geografis. Dulu saya percaya demikian, tapi ternyata bukan hanya soal geografis, namun juga cita-cita yang sama, ketertarikan dan minat yang sama, lebih dari itu Aremania adalah sekelompok orang yang peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana di dalam komunitas terjadi relasi pribadi yang saling menguatkan antar para anggotanya.

Belakangan Arema dan Aremania, tidak hanya sebagai klub dan label suporter, ia lantas lahir sebagai katalis akan banyak problem sosial masyarakat. Lazim diketahui bahwa Arek Malang dibentuk dengan kultur pembentuk yang keras, kerasnya Arek Malang sudah kondang sejak jaman Ken Arok. Berdirinya Arema tanggal 11 Agustus tahun 1987 berhasil menjadi simbol kebanggaan (pride) baru bagi Arek Malang. Arema dapat menjadi katalis kegiatan yang positif bagi Arek-arek Malang dan dapat menjadi media katalis bagi energi-energi potensial dalam tubuh anak-anak muda di Malang. Dalam konteks inilah, fanatisme terhadap Arema menghasilkan efek-efek positif, berapa banyak kegiatan sosial dan amal bantuan yang diselenggarakan mengatasnamakan Arema dan Aremania. Ini bukti bahwa Arema dan Aremania sejatinya adalah aset berharga bagi masyarakat Malang dan Indonesia. Eksistensi Arema dan Aremania mampu menghadirkan sejumlah dampak positif bagi kehidupan sosial masyarakat Malang pada umumnya.

TERUS MEMBANGUN WEL EDUCATED SUPPORTER

Dikalangan Aremania dikenal semboyan No Leader Just Together”. Meski tak ada pemimpin dalam Aremania, bukan berarti komunitas ini nir regulasi. Aremania justru menerapkan aturan ketat bagi anggotanya. Dari wajib bersepatu, beratribut serba biru, dilarang meniup terompet dan menyalakan flare, sampai harus berdiri sepanjang pertandingan. Satu lagi, Aremania tidak boleh nekat, tidak ada yang istimewa atau diistimewakan, walau itu seorang maskot klub dan seorang Dirijen sekalipun, Aremania wajib membeli tiket pertandingan.

Manajemen Arema terus-menerus mengajak Aremania untuk berbenah. Selain melakukan sosialisasi, manajemen juga melakukan edukasi. Bahkan di mana-mana selalu digaungkan ajakan bagi Aremania untuk menjadi suporter yang loyal, tetap mendukung tim kesayangan mereka dengan cara-cara yang sportif, atraktif, dan simpatik. Membangun 'well educated' suporter bukan pekerjaan mudah dan singkat, bahkan usaha ini bisa berlangsung dan dilalui seumur hidup menyamai umur dunia.

  • ”Salam Satu Jiwa, Arema”
  • Jangan Lagi Ada Pelemparan Botol dan Barang Apapun ke Stadion Selama Laga,
  • Jangan Ada Lagi Makian, Cacian Yang Menjurus Pada Rasisme,Selama Laga,
  • Jangan Lagi Ada Yang Nekat Masuk Ke Sentelban
  • Karena Kami Saudara, Maka Ingatkan Mereka
  • Karena Bila Itu Dilakukan, Sanksi Mengancam dan Akan Merugikan Kita Semua”

Demikian kalimat yang sering tercantum di mana-mana, bahkan disematkan tidak hanya di stadion dan segenap penjuru kota Malang, namun juga dibalik lembaran tiket masuk pertandingan Arema. Ternyata upaya sosialisasi semacam ini merasuk dalam pikiran dan nurani Aremania, malah sekarang yang menjadi budaya baru di dunia sepakbola nasional adalah, suporter mendidik dirinya sendiri, Aremania yang satu mendidik Aremania yang lain, perkaderan cell to cell, saling mendidik dan saling mengingatkan. Wajar adanya jika Predikat Suporter Berpendidikan memang sering disematkan pada Aremania yang berkali-kali merebut titel best supporter dalam ajang Liga maupun Copa Indonesia.

Sumber foto : Anonymous

Demikian kuat dan nyatanya relasi antara Aremania dan Manajemen sehingga mutual trust antar keduanya harus terus dibangun dan dijaga. Bila manajemen dan Aremania telah bersatu dan saling percaya dalam rangka membangun Arema ke depan, maka buahnya adalah terwujudnya cita-cita yang sama-sama diinginkan yaitu prestasi yang berkelanjutan.

Tingkat okupansi yang tinggi di Kanjuruhan tentu membuat Manajemen klub tidak perlu pusing mencari sarana dan wadah untuk mencari dukungan. Dukungan dan kecintaan Aremania lahir bukan karena setting-an, atau kaleng-kaleng, melainkan dari lubuk cinta kasih yang dalam. Sinergi keduanya akan melahirkan mutual endorsement yang bisa membanggakan bagi Aremania diseluruh jagad.

AREMA KE DEPAN

Hari ini Arema ulang tahun, Arema harus terus bekerja keras, kreatif, dan pantang menyerah jika ingin mencapai kesuksesan. Namun, pada akhirnya kerja keras itu harus tetap diserahkan kepada Yang Maha Kuasa. Filosofi itulah yang diterapkan Arema dalam mengarungi kompetisi Liga Indonesia, Arema harus bekerja keras agar suatu hari nanti tidak menyesal. Setelah itu, hasilnya nanti Tuhan yang menentukan.

Tentunya beberapa langkah perbaikan tidak akan pernah terealisasi tanpa adanya partisipasi aktif dari Aremania. Marilah kita bersama-sama menjaga bagunan pondasi yang kuat demi tegak dan berjayanya Arema untuk kita wariskan kepada Aremania generasi mendatang dimana saja berada, dan semakin menguatkan semboyan “tidak kemana mana tapi ada dimana-mana”. Tamales ngalu nuhat Singaku!. Vamos, vamos Arema, esta noche tenemos que ganar!.

Salam Satu Jiwa!!

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: