Infinite Cris Baron

03

Feb

2021

INFINITE GAME

Finite game adalah keadaan permainan dimana semua pemain diketahui, ada aturan yang pasti, dan tujuan yang disepakati. Setiap pemain dapat saling menganalisis pemain lainnya dalam berkompetisi. Contohnya sepakbola. Kita tahu aturannya dan kita setuju dengan peraturannya. Siapapun yeng mencetak gol lebih banyak dalam waktu 90 menit akan menjadi pemenang diakhir pertandingan, dan pertandingan berakhir. Kita cukup bermain dua babak saja, kita tidak bisa minta tambahan satu babak lagi. Tidak bisa. Permainan sudah berakhir. Itulah finite game.

Tapi kita juga mengenal istilah infinite game, pemainnya bisa diketahui dan tidak diketahui, peraturannya bisa berubah dan tujuannya adalah agar permainan tetap berjalan, dengan kata lain infinite game adalah mengabadikan jalannya permainan. Bisnis, karir, asmara, perang, atau kehidupan itu sendiri adalah infinite game. Aturan dari permainan tanpa ujung tidak secara gamblang diberitahu, tidak ada yang kalah dan menang, yang ada hanyalah siapa yang di depan dan siapa yang di belakang.

Bila kita mempertemukan antara sesama finite player, keadaan menjadi stabil. Contohnya tadi, sepakbola. Sepakbola adalah permainan yang stabil. Demikian juga ketika kita mempertemukan sesama infinite player, keadaanya juga menjadi stabil, contohnya perang dingin. Perang Dingin sendiri adalah persaingan ideologi dan polarisasi politik serta militer antara Dunia Barat yang dipimpin Amerika Serikat Bersama sekutu NATO-nya melawan Dunia Komunis yang dipimpin Uni Soviet beserta sekutunya, dalam memperebutkan pengaruh negara-negara lain.

Dalam Perang Dingin, mereka tidak berperang secara terbuka, cara mereka bersaing bukanlah dengan menghancurkan satu sama lain. Mereka tetap bersaing dan saling berkompetisi. Namun dalam kompetisi itu, mereka dituntut untuk mengalahkan diri mereka sendiri. Masing-masing pemain dituntut untuk terus berkembang, terus bergerak, dan terus berperang dengan diri sendiri.

Karena tidak bisa ada yang menang dan yang kalah dalam infinite game, yang terjadi dalam permainan tersebut adalah pemain keluar dari permainan Ketika mereka kehabisan motivasi atau sumber daya untuk bermain, tapi tidak ada istilah menang kalah.

Masalah akan muncul bila kita mempertemukan finite player dengan infinite player. Finite player bermain untuk menang, sementara infinite player bermain agar permainan tetap berjalan. Inilah yang terjadi dengan Amerika dalam Perang Vietnam. Amerika berusaha menang sementara rakyat Vietnam berusaha bertahan hidup. Amerika terjebak dalam situasi sulit, kemudian kalah.

Ini juga yang terjadi dengan Uni Soviet dalam perang di Afganistan. Mereka mencoba untuk mengalahkan Mujahidin Afganistan, dan para Mujahidin akan bertahan selama yang diperlukan. Situasi sulit dan Uni Soviet pun bubar. Dalam konteks Indonesia, perang kemerdekaan yang dikobarkan oleh seluruh pejuang tanah air adalah infinite game melawan para penjajah yang memainkan finite game. Situasi sulit, namun Indonesia tidak takluk, malah berhasil memproklamirkan kemerdekaannya.

Dalam Dunia Bisnis #

Bagaimana dengan dunia bisnis? Permainan bisnis sudah ada atau tercipta jauh sebelum semua perusahaan di dunia ini dibangun, dan permainan bisnis juga akan tetap ada bahkan hingga semua perusahaan di dunia ini hilang. Permainan bisnis adalah permainan global dalam waktu yang panjang, yang diikuti banyak pemain, baik yang menyepakati aturan maupun tidak, jadi tidak ada istilah memenangkan permainan bisnis, karena mungkin banyak kita belum menyetujui aturannya.

Saya membaca visi banyak perusahaan, kadang sedikit bertanya-tanya, mari kita lihat. Sadarkah kita bahwa banyak perusahaan yang sebetulnya tidak tahu mereka berada di permainan apa. Kita sering mendengar statement yang digunakan perusahaan; “Kami berusaha mengalahkan "kompetitor”, “Kami berusaha menjadi nomer satu”, "Tahukah Anda, kami mendapatkan rangking satu, lihat saja daftarnya”.

Tapi nomer satu berdasar apa? pendapatan? keuntungan? pangsa pasar? EBITDA? luas wilayah? jumlah produk? jumlah pabrik? jumlah karyawan? dan berdasarkan jangka waktu yang bagiamana? triwulan? setahun? lima tahun? 10 tahun? 20 tahun? 50 tahun? 100 tahun? Dunia global bahkan belum menyetujui aturan-aturan itu, bagaimana kita bisa menyatakan diri sebagai pemenang? Bagaimana kita bisa menyatakan diri sebagai nomer satu Ketika tidak ada pihak lain dalam permainan yang sudah menyetujui kriteria aturannya?

Dalam infinite game, tidak ada pemenang karena tidak ada akhir permainan. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan tersebut masih memainkan finite game, dengan cara komunikasi yang dimilikinya, mereka mencoba mengalahkan kompetitor mereka. Apa maksudnya??

Pemimpin dan perusahaan yang paham permainan apa yang mereka mainkan, dan mengatur sumber daya mereka serta melaksanakan pengambilan keputusan berdasarkan infinite game adalah perusahaan yang akan bertahan lebih lama dan membuat kompetitor mereka kewalahan.

Sebut saja perusahaan-perusahaan mentereng seperti Apple, Harley Davidson, Walmart, Amazon, Starbucks. Mereka memainkan infinite game dan berhasil membuat kompetitor mereka frustasi. Itulah yang terjadi, mereka tidak bermain untuk menang. Ini anomali dari fenomena bahwa perusahaan publik hanya berusaha mengejar keberhasilan tiga bulanan saja, sementara perusahaan yang menganut infinite game justru mengejar kesuksesan 50 tahun ke depan.

Mari kita lihat contoh persaingan Pepsi terhadap Coca Cola atau Microsoft terhadap Apple. Baik Pepsi maupun Microsoft menghabiskan seluruh kemampuan yang dimilikinya untuk membuktikan bahwa mereka nomer satu dan bicara bagaimana mengalahkan kompetitornya. Sementara Coca-Cola dan Apple tidak berbicara persaingan, mereka menghabiskan waktunya untuk berbicara bagaimana membuat lingkungan lebih baik dan bagaimana anak cucu kita kelak di masa depan masih dapat tumbuh dengan lingkungan yang baik. Bagaimana hidup dapat menjadi lebih mudah dari waktu ke waktu. Satu pihak terobsesi akan kompetitornya dan pihak lainnya terobsesi tentang tujuan mereka.

Infinite player tidak bermain untuk menjadi nomer satu setiap hari di semua produk, mereka bermain agar bisa bertahan lebih lama dari pada kompetitor mereka. Sekali lagi, satu terobsesi pada kompetitornya dan satu lagi terobsesi dengan mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Namun bila ditelaah lebih lanjut, yang membuat kompetitor Coca-Cola dan Apple frustasi adalah bahwa sejatinya mereka tidak sedang bersaing dengan kompetitor mereka. Baik Apple dan Coca-Cola sedang bersaing dengan dirinya sendiri, dengan kata lain musuh yang mereka hadapi sebenarnya bukanlah kompetitornya, melainkan dirinya sendiri.

Perusahaan yang Infinite #

Perusahaan yang infinite mengerti bahwa kadang suatu perusahaan bisa saja lebih unggul, kadang juga bisa sedikit ketinggalan. Kadang produk Anda lebih baik, kadang tidak. Perusahaan dengan finite mindset fokus bagaimana triwulan atau semester depan harus untung. Mereka menciptakan produk untuk jangka pendek. Mindset ini lah yang akan membuat perusahaan kalap dengan memotong biaya secara ekstrim, tidak ada cost leadership sehingga efisiensi menjadi berlebihan dan membabi buta, pengurangan karyawan, pemotongan anggaran untuk inovasi, dan sebagainya.

Pemimpin dengan finite mindset melihat karyawan sebagai beban dan memprioritaskan keuntungan jangka pendek. Pendeknya, perusahaan akan melakukan apapun yang penting laporan keuangan kuartal dan tahunannya bagus. Namun, dalam jangka panjang, perusahaan tersebut bisa kalah dalam permainan. Finite mindset seperti itu dalam infinite game seperti dalam dunia bisnis akan membuat perusahaan mengambil keputusan yang merugikan masa depannya.

Tapi bila kita bangun setiap pagi dan bersaing dengan diri sendiri, bagaimana membuat produk kita lebih baik dari kemarin?. Bagaimana kita melayani pelanggan lebih baik dari kemarin?. Bagaimana kita mengejar tujuan kita lebih efisien dan lebih produktif dari pada kemarin?. Bagaimana kita menemukan solusi baru untuk mendekati tujuan kita, panggilan kita, apa yang kita percayai, setiap hari, kita akan menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, kita mungkin akan menjadi lebih unggul.

Mereka yang bermain dalam infinite game paham bahwa ini bukan tentang pertarungan kecil (battle), ini tentang peperangan besar (war), dan sekali lagi mereka tidak bermain untuk menang setiap hari, mereka akan membuat frustasi lawan mereka dengan fokus pada tujuan hingga lawan mereka keluar dari permainan.

Semua kebangkrutan dan hampir semua merger dan akuisisi sejatinya adalah sebuah penyataan dari perusahaan bahwa mereka kehabisan sumber daya untuk melanjutkan permainan. Mereka tidak punya pilihan lan selain keluar dari pemainan atau menggabungkan sumber daya yang mereka miliki dengan pemain lain agar mereka bisa tetap bermain. Itulah yang terjadi, dan kebangkrutan, merger, dan akuisisi itu sesungguhnya adalah bukti bahwa kebanyakan mereka tidak tahu permainan apa yang sedang mereka mainkan.

Memulai dengan Empati #

Kita ingin menjadi pemimpin yang baik? Mulailah dengan empati. Para pemimpin perusahaan yang infinite biasanya punya jargon “People first than Profit”, artinya mereka percaya bahwa orang-oranglah yang membuat perusahaan bisa sukses. Perusahaan ini menyadari bahwa ketika orang merasa dihargai dan diperhatikan, mereka melakukan pekerjaan mereka dengan motivasi intrinsik yang lebih kuat, rasa makna yang lebih dalam, dan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi. Mereka bekerja ekstra hanya karena mereka ingin berkontribusi pada organisasi yang peduli tentang mereka.

Karena infinite game punya zona waktu tidak terbatas, maka pemimpin dengan mindset infinite game akan membawa timnya untuk menyadari bahwa yang mereka lakukan adalah sebuah perjalanan (a journey), bukan suatu tujuan (a destination) untuk sekedar memenangkan pertempuran jangka pendek. Di tingkatan mana pun kita memimpin, memimpin itu butuh keberanian. Apakah seorang pemimpin berani fokus pada jangka panjang daripada hanya fokus pada keuntungan setiap triwulan atau semester?

Apalagi, di tengah banyak tekanan seperti dari pemegang saham. Ini tidak mudah, namun seorang pemimpin pasti berani mengambil resiko terukur agar perusahaannya bisa bertahan dalam jangka panjang. Sekarang, permainan apakah yang saat ini sedang dimainkan oleh kita atau bahkan oleh perusahaan yang saat ini kita bekerja di dalamnya? (mi)

Sumber cover : Cris Baron

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: