14
Jul
2020
Secara historis, pertanian selalu memainkan peran penting dalam pengembangan dan identitas kita sebagai bangsa. Populasi dunia terus tumbuh. Menurut proyeksi populasi PBB baru-baru ini, populasi dunia akan tumbuh dari 5,7 miliar pada 1995 menjadi 9,4 miliar pada 2050, 10,4 miliar pada 2100, dan 10,8 miliar pada 2150, dan akan stabil sedikit di bawah 11 miliar di sekitar 2200. Tingkat populasi peningkatannya sangat tinggi di banyak negara-negara berkembang. Thomas Robert Malthus bilang, bahwa jumlah penduduk cenderung meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil, termasuk pangan, meningkat secara arismatik (deret hitung). Di negara-negara ini, faktor populasi, dikombinasikan dengan industrialisasi yang cepat, kemiskinan, ketidakstabilan politik, dan impor makanan yang besar, dan beban hutang, membuat ketahanan pangan dalam jangka panjang menjadi sangat mendesak.
Ketahanan pangan selalu berkelindan dengan produksi pangan melalui suatu sistem produksi pertanian. Sistem pertanian konvensional diakui telah membawa banyak kemajuan bagi pembangunan pertanian. Sistem ini memang telah berhasil merubah wajah pertanian dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam dua dekade terakhir telah terjadi peningkatan produksi pertanian yang cukup signifikan sebagai buah dari sistem ini.
Disetiap kemajuan dan pencapaian, kita juga harus dapat mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya efek samping, tidak bisa dimungkiri ternyata sistem pertanian pertanian konvensional juga membawa dampak negatif bagi lingkungan. Tingginya penggunaan pupuk anorganik dan pestisida yang melampaui dosis rekomendasi dan intensifnya eksploitasi lahan dalam jangka panjang mendatangkan konsekuensi rusaknya lingkungan, mulai dari tanah, air, udara, maupun makhluk hidup. Penggunaan secara berlebihan bahan-bahan sintetis tersebut berimplikasi pada rusaknya struktur tanah dan musnahnya mikroba tanah sehingga lahan pertanian kita kian hari menjadi semakin kritis, bukan hanya menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan ditengarai juga menciptakan ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan sosial.
Dinamika tersebut mendorong gagasan untuk melahirkan suatu sistem pertanian yang dapat bertahan hingga ke generasi berikutnya dengan tidak merusak alam. Konsep berkelanjutan dalam sistem pertanian dipilih karena menyiratkan dukungan dalam jangka panjang. Suatu sistem pertanian perlu untuk dilahirkan untuk dapat mempertahankan produktivitas pertanian dan kegunaannya bagi masyarakat secara berkelanjutan. Sistem tersebut harus melestarikan sumber daya, mendukung pertumbuhan sosial, kompetitif secara komersial, dan berwawasan lingkungan. Sistem pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture lahir untuk menjamin manfaat pertanian dapat dipertahankan tanpa batas waktu.
Untuk dapat dikatakan lestari atau berkelanjutan, suatu sistem pertanian setidaknya harus memenuhi prinsip-prinsip dasar yang secara umum merupakan adopsi dari prinsip dasar pembangunan berkelanjutan. Pertama, berlanjut secara ekonomi. Pembangunan pertanian harus mampu menghasilkan produk pertanian secara kontinu. Untuk itu ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri harus dihindari. Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui peningkatan pengelolaan tanah dan rotasi tanaman dengan tetap menjaga kualitas tanah dan ketersediaan air sehingga peningkatan produksi pertanian dapat terus dipertahankan hingga jangka panjang.
Kedua, berlanjut secara ekologis. Pengelolaan pertanian berdimensi lingkungan merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam secara bijaksana dengan meminimalkan bahkan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sebagai wujud berlaku adil bagi generasi mendatang. Sistem pertanian ini harus dapat dicapai dengan melindungi, mendaur ulang, mengganti dan/atau mempertahankan basis sumberdaya alam seperti tanah, air, dan keanekaragaman hayati yang memberikan sumbangan bagi bertahannya sistem lingkungan yang alami.
Ketiga, berlanjutan secara sosial. Sistem pertanian berkelanjutan harus dapat memberikan keadilan dan kesetaraan akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan publik baik dalam bidang kesehatan, gender, maupun akuntabilitas politik. Dalam sistem pertanian yang berkelanjutan secara sosial, peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan dari mereka yang terlibat dalam sektor ini adalah arus utama dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Sistem ini sejatinya harus dapat memberikan jalan keluar bagi permasalahan pengangguran karena sistem ini mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional yang lebih mengedepankan penggunaan mesin dan alat-alat berat. Dulu pertanian modern itu adalah bertani dengan petroleum dan mesin-mesin, sekarang, pertanian modern adalah farming with nature, bertani selaras dengan kelestarian lingkungan.
Tiga prinsip dasar berkelanjutan ini selanjutnya menjadikan pembeda dengan sistem pertanian konvensional sebelumnya. Pertanian berkelanjutan mengkonsumsi lebih sedikit air dan energi, meningkatkan komposisi unsur hara tanah, menekan biaya produksi, meningkatkan partisipasi masyarakat, serta ramah terhadap lingkungan. Sementara pertanian konvensional tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dunia tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan. Manfaat akan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang diberikan oleh sistem pertanian berkelanjutan adalah alasan mengapa sistem ini adalah cara terbaik untuk mengakomodasi kebutuhan pangan dan mempertahankan kualitas lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Indonesia harus wujudkan pertanian berkelanjutan. (mi)
Sumber foto cover : Roman Synkevych