23
Apr
2020
Jika mengunjungi Raudah di Masjid Nabawi di Madinah, kita akan menemukan area yang berbeda. Karpet di sana berwarna hijau, berbeda dengan di area lain di masjid yang berwarna merah. Raudhah (secara harfiah berarti sepotong tanah surga), adalah adalah jalur yang sehari-hari digunakan Nabi Muhammad s.a.w berjalan dari rumahnya ke mimbar masjid. Luas area ini hanya 144 meter persegi berupa karpet hijau sementara seluruh karpet Masjid Nabawi merah warnanya, hampir seluas lapangan basket saja.
Namun ini adalah area di mana doa-doa akan di-ijabah dan bila beribadah diyakini pahalanya adalah 1.000 kali lipat. Tak heran, area tersebut menjadi salah satu 'incaran' utama jamaah haji dan umrah saat mengunjungi Masjid Nabawi, jamaah umrah dan haji rela berebut untuk bisa berdoa di tempat ini.
Selain itu, dari kejauhan mimbar sebagai penanda areal Raudah terlihat. Berlapis emas dengan anak tangga untuk imam menyampaikan khutbah. Di masa kenabian, di tempat itulah Rasullah berkhutbah.
Komplek Raudhah berada di bawah sebuah kubah berwarna hijau. Sekitar 200 tahun silam, tepatnya pada 1818, kubah ini dibangun di masa kejayaan kesultaan Otoman di bawah Sultan Mahmud II. Ia memerintahkan menggantikan kubah yang pernah dibuat dinasti Qa'itbay pada 1481. Hijau sengaja dipilih agar ruangan itu berbeda dari kubah di masjid Nabawi yang berwarna perak. Area Raudhah yang bersebelahan dengan makam Rasulullah s.a.w tersebut biasanya diberi sekat kain di beberapa bagian dan dijaga oleh Askar (polisi Saudi). Jemaah antri di belakang kain tersebut dan baru boleh maju selangkah demi langkah setelah Askar membukakan tirai kain.Banyak cara yang saya coba untuk dapat masuk dan berlama-lama beribadah disana. Pertama, saya menyengaja masuk bahkan 2 jam sebelum adzan tanda shalat wajib. Bila saat adzan kita baru berangkat, dipastikan tidak akan dapat masuk ke Raudhah karena area Raudhah ditutup. Kedua, masuklah pada tengah malam, tengah malam bukan berarti sepi, tidak jauh berbeda, namun saya merasa ada banyak kelonggaran dari sisi Askar dan kepadatan jamaah. Karena beribadah di Raudhah juga dibatasi maksimal 15 menit. Jamaah yang terlihat sudah terlalu lama di Raudhah dan tidak sholat, melainkan berdoa atau berzikir akan diminta segera pergi. sehingga saya mensiasati dengan memperbanyak shalat sunnah hingga memperpanjang bacaan shalat dan surat, dan menyelipkan doa pada sujud-sujud terakhir. Ketiga, tapi ini berbau keberuntungan. Masuklah ke Raudhah pada saat sekian detik sebelum adzan berkumandang, maka kita akan bisa berlama-lama di Raudhah. Karena, antrian tidak akan dibuka dan akan dibuka setelah shalat jamaah selesai dilaksanakan.
PIlar-pilar di area Raudhah menggunakan ornamen kaligrafi klasik yang lebih antik dibandingkan tiang Masjid Nabawi lain yang lebih berarsitektur modern. Ya, tiang di area Raudhah merupakan bekas tempat para sahabat Rasulullah berjaga-jaga. tiang-tiang itu disebut "ustuwanah". Ada banyak tiang disana, namun ada enam yang utama, yaitu :
Pertama, Pilar al-Haris di sebelah utara Pilar at-Taubah. Tiang ini adalah tempat Ali bin Abi Thalib berjaga-jaga. Bila Rasulullah s.a.w memanggil, Ali langsung bersegera untuk mendengarkan perintah Nabi. Kedua, Pilar al-mukhallaqah, disini Rasulullah biasa mendirikan shalat. Tiang ini adalah tempat nabi bersandar. Kemuadian kaum Anshar menawarkan kepada Nabi untuk membuat sebuah mimbar yang terdiri dari tiga anak tangga. Ketika Nabi duduk di atas mimbar untuk berkhutbah, para sabahat mendengar tangisan pohon kurma tersebut. Saat itu Nabi mendekati pohon kurma dan memeluknya sehingga pohon tersebut tenang kembali. Pohon kurma ini menangis karena tidak lagi digunakan untuk mengingat Allah SWT. Sejak saat itu pohon kurma ini diberi pewangi Khaluq. Pilar di mana pohon kurma itu dulu berada kemudian dinamakan Pilar Mukhallaqah. Pilar ini juga dikenal dengan sebutan usthuwaanah Hannnah, yang artinya "pilar yang menangis".Ketiga, Pilar Aisyah terletak di tengah Raudhah. Pilar ini merupakan pilar ketiga dari mimbar dan dinding makam Rasulullah s.a.w yang diyakini ditunjuk Aisyah sebagai tempat Rasulullah s.a.w mengimami shalat berjamaah. Pilar ini juga disebut usthuwaanah Al-Qur'ah dan usthuwaanah Muhajirin karena awalnya kaum Muhajirin tinggal berdekatan dengan tempat ini. Keempat, Pilar as-Sarir (secara harfiah berarti tempat tidur), terletak di sebelah timur atau di samping pilar at-Taubah, menempel dengan dinding makam Rasulullah s.a.w, pilar ini diyakini tempat Nabi tidur selama i’tikaf.
Kelima, Pilar at-Taubah terletak di antara Pilar Aisyah dan Pilar as-Sarir. Tiang ini dikenal juga dengan nama tiang Abu Lubabah, tempat Abu Lubabah mengikatkan diri karena menyesal telah membocorkan rahasia kepada orang yahudi. Keenam, Pilar al-Wufud, letaknya paling utara dari Pilar As-Sarir dan pilar al-Haras, menempel dengan dinding makam Rasulullah s.a.w. Pilar ini tempat Nabi menerima tamu pentingnya, baik petinggi-petinggi Arab maupun orang mulia dan terkemuka dari para sahabat.
Pilar-pilar tersebut hingga kini masih dirawat dengan sangat baik karena menjadi bagian dari Raudhah dan sejarah umat Islam. Saat ini pilar-pilar tersebut diberi tanda untuk dikenali para peziarah.
Baca juga artikel terkait :
Pesona Payung Raksasa Masjid Nabawi : https://mihwan.id/travelling/p...