Priscilla du preez

16

Mar

2015

NYAMAN UNTUK TIDAK TAHU

MENJADI pintar (dan juga cerdas), tidak berarti harus mengetahui semua jawaban. Kadang, jawaban paling tepat yang kita kemukakan adalah "saya tidak tahu". Ini saya anggap luar biasa, karena dibutuhkan rasa percaya diri tingkat tinggi dan kecerdasan ekstra untuk dapat mengakui ketidaktahuan kita. Fantastis, karena saat kita berada dalam posisi tersebut, sejatinya kita sedang dalam siklus dan proses untuk mempelajari jawaban sesungguhnya.

Seringkali, karena alasan prestis dan mencegah rasa malu, kita mengatakan tahu, padahal kita tidak tahu. Lewat cara ini, kita telah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar lebih lanjut. Saya tidak sedang melakukan klaim, tapi percayalah tidak ada salahnya kita tidak mengetahui suatu hal.

Pernah juga dengar idiom menarik ini :

  1. Ada orang tahu di tahunya,
  2. Ada orang tahu ditidak-tahunya,
  3. Ada orang tidak tahu di tahunya, dan
  4. Ada orang tidak tahu ditidak-tahunya

Berbekal tidak yakin, berbekal tidak tahu, kita terus sadar untuk tidak sok tahu. Terus danmembuka diri untuk saling belajar & saling mengerti. Masih banyak yang kita tidak tahu.Tapi justru itu, dasar untuk belajar adalah sadar bahwa diri ini tidak tau. Kalau hubungan kita dengan orang lain hanya sebatas di dimensi thinking mind yang berambisi harus selalu tahu, maka relasi hanya penuh dengan asumsi, judgment, orang lain sebatas kumpulan memori usang di masa lalu.

Namun ketika hubungan didasarkan pada dimensi observing mind, nyaman untuk mengatakan tidak tahu, maka kita jadi berjarak dengan judgment, dan sebagainya sebagai hasil thinking mind. Bukan berlandaskan thinking mind yang penuh dengan ke-sok-tahuannya, tapi berlandaskan nyaman dengan tidak tahu, maka hubungan kita jadi terkoneksi kepada level yang lebih dalam.

Jadi, yang atasan tidak perlu menampakkan seakan tahu segala soal, dan yang bawahan dengan mentalitas selalu belajar tidak perlu gentar menyampaikan bahwa untuk beberapa soal memang tidak diketahuinya. Demikian pula yang senior tidak perlu harus nampak pintar dan tahu banyak hal, dan yang junior juga tidak perlu sungkan bila tidak tahu.

Bagian penting dari kebijaksanaan adalah mengetahui batas (carrying capacity) pengetahuan kita. Mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang kita tidak tahu. Orang yang benar-benar pintar dan cerdas adalah orang yang tahu dan mengerti, bahwa tak semua pertanyaan dapat ia jawab. Orang yang benar-benar cerdas, adalah orang yang mau bertanya, mau belajar, mau bertumbuh. Relate dengan kata Socrates: "Satu-satunya kebijaksanaan yang sebenarnya adalah kamu tau bahwa kamu tidak tahu" (mi)

Baca juga :

1. Perluas Zona Nyamanmu

2. Terus Muda Melalui Shoshin Mentality

Sumber foto : Priscilla Du Preez

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: