03
Jun
2020
Kita mungkin sering mendengar istilah “zona nyaman” atau seruan, “Jangan lama-lama di zona nyaman!” atau “tinggalkanlah zona nyaman Anda!”. Motivasi dan nasehat yang terdengar bijak. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, dan tulisan ini hanya membuka pandangan baru, bukan untuk menyanggah motivasi semacam itu.
Sebenarnya, apa yang dimaksud zona nyaman? Apakah salah bila seseorang menemukan zona nyaman-nya?
Zona nyaman sering diartikan zona yang akan menghambat kemajuan dan perkembangan kita, entah itu dalam konteks komunitas, bisnis, pendidikan, keluarga, pekerjaan, dll. Zona nyaman sering diidentikkan sebagai suatu kondisi semacam bermalas-malasan, melakukan hal yang sama secara terus menerus. Apa iya begitu?
Saya nyaris tidak percaya bahwa meninggalkan zona nyaman akan membawa kesuksesan. Sebaliknya saya selalu bertanya utamanya pada diri sendiri : “Mengapa saya harus meninggalkan sesuatu jika itu membuat saya merasa nyaman?, mengapa berpura-pura seolah-olah zona kenyamanan kita itu buruk? Jika hidup di zona nyaman dianggap tidak baik, lalu apakah kita mau hidup di zona krisis?. Wilayah penuh ancaman dan ketidaknyamanan? Tentu tidak, kan?
Kenyataannya adalah kita tidak harus selalu keluar dari zona nyaman yang ada, masih ada alternatif lain yaitu dengan memperluas zona nyaman kita secara bertahap, misalnya seperti orang yang awalnya hanya menyukai bercocok tanam, perlahan-lahan bisa mulai belajar tentang pengolahan pasca panen, digital marketing, membuka usaha agribisnis, yang awalnya hanya suka tulis menulis dan bertemu dengan orang, perlahan barangkali ia bisa belajar menjadi praktisi humas, yang awalnya senang jualan dan merencanakan pemasaran, mungkin perlahan ia bisa belajar mendalami bahkan dapat berkecimpung lebih luas di dunia penjualan ritel, dan lain sebagainya.
Mencoba kerjakan sesuatu yang baru namun masih berada dekat dengan zona nyaman kita. Sebenarnya tanpa disadari semua orang melakukan hal ini dalam hidupnya. Hampir setiap hari kita memperluas zona nyaman ini sedikit demi sedikit.
Ini serius. Bila ditangani secara bertanggung jawab, zona nyaman malah dapat berguna dan produktif. Kunci kepuasan diri adalah menjalani hidup sepenuhnya dalam batas-batas zona nyamanmu. Stay in safe waters but plunge as deeply into them as possible, tetap di perairan yang aman tetapi terjunlah sedalam mungkin ke dalamnya.
Jika Anda ahli pada suatu hal, lakukanlah banyak hal dengannya. Jika Anda tidak bisa memperbaiki mobil yang mogok, Anda tidak perlu memaksakan diri Anda untuk memperbaikinya.
Namun jangan pula lantas menyalahkan diri sendiri tentang hal itu, don't beat yourself up about it. Rayakan saja. Telfonlah montir langganan Anda dan kerjakan pekerjaan lain sambil menunggunya selesai. Itu semua bukan kata saya, tapi kata Meghan Dhaum seorang penulis esai dan jurnalis dari Amerika dalam magnum opus-nya; “The Unspeakable and Other Subjects of Discussion” yang memenangkan penghargaan top 10 books of the year dari Slate and Entertainment Weekly, pada tahun 2015.
Kenyamanan jangan diperangi. Justru bila kita menyenangi sesuatu, jadilah ahli dalam bidang tersebut. Jadilah orang terbaik dalam bidang kita senangi. Jika kita ahli membuat drama, jadilah aktor terbaik sehingga kita bisa meraih Piala Oscar misalnya. Jika kita PR sebuah perusahaan capailah prestasi tertinggi di bidang tersebut. Bila kita ahli komputer, jadilah programer handal yang sukses. Jadilah orang yang terpercaya pada bidang yang kita senangi.
Zona nyaman memang tidak harus diperangi, ia semacam medium pertemuan dimana passion (gairah) berjalan selaras dengan pekerjaan yang dilakukan. Memang, mungkin kita tidak lantas menjadi jutawan, kaya raya, dan tajir mlintir dengan pekerjaan yang sedang kita tekuni, tidak melulu soal uang.
Namun jika kita disana berhasil menemukan jalan menjadi pribadi yang berbahagia dan penuh syukur itu sama dengan menggapai kesuksesan dalam hidup kita. Nah, oleh karenanya, yang diperangi bukanlah kenyamanan tapi ketidak-produktif-an hidup.Beberapa tahun belakangan saya mempelajari cara beberapa orang yang berbahagia. Ternyata menjadi bahagia itu mudah. Mereka yang berbahagia cenderung melepaskan diri mereka dan tidak terus memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai.
Saya ingin mengatakan bahwa berada di zona nyaman bukan pula berarti kita nir perbaikan diri. Meski kita berada dalam zona nyaman, kita nyatanya tidak pernah berhenti untuk memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. Prinsip meraih hidup yang bahagia adalah mengenali potensi yang ada di dalam diri sendiri, apa yang benar-benar kita inginkan, apa saja yang bersedia kita korbankan, sejauh mana konsistensi, dan seberapa kuat kita dapat bertahan dari berbagai tekanan yang ada.Meninggalkan tempat yang membuat kita merasa nyaman bukanlah jaminan kesuksesan. Apakah itu karier, hubungan, atau keputusan penting lainnya, kita tidak harus meninggalkan rasa aman yang memberi kita kepercayaan diri. Bawa saja bersama dalam perjalanan kita, karena itu akan menjadi game changer untuk kita.
Jika Anda termasuk yang tidak percaya bahwa orang yang berada di zona nyaman pun bisa sukses, coba lihat Ryan Giggs di Manchester United dan Paolo Maldini di AC. Milan, betapa cintanya mereka pada klubnya, bahkan sejak masih kanak-kanak hingga gantung sepatu, keduanya tidak pernah pindah ke klub lainnya. Kenyamananya bermain untuk klub idolanya membuat mereka bekerja sangat keras, konsisten dan tekun sehingga menjadi legenda klub.
Ada juga Freddy Mercury dengan Bohemian Rhapsody-nya yang enam menit itu berkali-kali ditolak perusahaan rekaman, tapi karena ia ngotot menyukai apa yang dilakukannya pada dunia musik, ia pun terus melakukannya karena sudah merasa nyaman, masa bodoh dengan penilaian produser rekaman. Mark Zuckerberg, Thomas Alfa Edison, BJ. Habibie, Rhoma Irama, dll mereka sukses bersama zona nyaman mereka.
Bila kita sudah merasa nyaman dengan kondisi yang sekarang, lanjutkan saja dan perluaslah. Karena saat kita menemukan kenyamanan dari apa yang kita lakukan sekarang, kita akan mengerjakannya dengan sepenuh hati.
Oleh karenanya bila kita rasa dunia seakan melenakan kita memaksa untuk terus berpacu dan berlaju, ada baiknya kembali ke zona nyaman kita. Kita akan menjadi lebih produktif, lebih bahagia dan kita memiliki kesempatan menyadari bahwa sikap ini akan menuntun kita kekehidupan yang bermakna.
Baca juga :
1. Terus Muda Melalui Shoshin Mentality
Sumber foto cover : smartekselensia.net