MENGAPA KURAWA KALAH DARI PANDAWA?
Dalam Bharatayudha, perang besar bangsa Kuru di Padang Kurusetra, yang terletak di distrik Haryana, India Utara, jumlah pasukan tempur Kurawa sungguh besar, dengan jumlah 2,4 juta orang, jika dibandingkan dengan dengan pasukan tempur Pandawa yang 'hanya' 1,5 juta orang. Tetapi kenapa Kurawa bisa kalah? Kita akan bahasa dengan beberapa pokok bahasan sebagai berikut :
PERTAMA, Banyak dari Pasukan Kurawa terdiri dari pasukan bayaran dan bukan pasukan yang loyal kepada Duryudana pemimpin Kurawa. Memang betul, berdasar teks asli Mahabharata, pasukan yang bergabung dengan Kurawa sebanyak 2,4 juta orang, namun yang benar-benar loyal tidak sebanyak itu, yuk kita ulas.
Pasukan Inti Kurawa, terdiri dari :
- Pasukan Hastinapura, terdiri dari 2 Akshauhini (200 ribu infantri, 140 ribu cavalery, 35 ribu kereta perang, 40 ribu gajah perang). Dipimpin oleh Bisma Dewabrata, Guru Drona, Bagawan Kripa, Ashwatama, Bahlika, Sangkuni dan sanak keluarga Istana Kuru. Ini merupakan inti pasukan Kurawa, massa solid yang siap mati membela Duryudana.
- Pasukan Trigarta, terdiri dari 2 ribu pasukan elit Samsaptaka (Samsaptaka artinya, prajurit yang bersumpah untuk bertempur dengan satu tujuan), 50 ribu noble warrior, 50-70 ribu infantri, 30 ribu cavaleri, dipimpin oleh Raja Susarma yang Agung. Konon pasukan ini diturunkan hanya khusus untuk menyerang Arjuna an sich.
- Pasukan Angga. Provinsi terbesar Dinasti Kuru di Timur India. Dipimpin oleh Adipati Karna. Pasukan Angga mensuplai 1 Akhsauhini pasukan untuk Duryudana. Sayangnya mereka baru bisa bergabung setelah jatuhnya Panglima Tertinggi Kurawa, Bisma Dewabrata dihari ke-10 Bharatayudha.
- Pasukan Bahlika dari Persia (negeri Puru). Negeri Bahlika ini dipimpin Raja Somadata, putra Raja Bahlika, dikisahkan banyak memiliki heavy cavalery tangguh (kelak memang kekaisaran persia akan terkenal dengan pasukan elit berkuda cathaprak-nya). Jumlah pasukan yang disumbangkan 1 Akshsauhini. 150 ribu prajurit, 50 ribu cavaleri tempur, 10 ribu Hashasim (pasukan elit bersenjata panah). Raja Bahlika sendiri adalah paman dari Bisma Dewabrata, berarti masih kakek buyut Pandawa dan Kurawa. Raja Somadata dan puteranya, Burisrawa sendiri adalah sekutu loyal Duryudana. Dalam versi Jawa, Somadata adalah nama lain dari Salya, Dalam versi Mahabharata, Somadata dan Salya adalah dua tokoh yang berbeda.
- Pasukan Negeri Sindhu. Negeri ini sangat subur dan maju. Dipimpin oleh Jayadratha, ipar para Kurawa. Negeri Sindhu merupakan sekutu loyal Karena Jayadrata merupakan suami Dursilawati/Dussala adik Duryudana, satu-satunya perempuan dalam Kurawa. Mereka menyumbang 1 Akshauhini tempur lengkap, 150 ribu infantri, 30 ribu gajah, 30 ribu kereta perang, dan 60 ribu cavaleri.
- Pasukan Negeri Gandara. Pasukan ini disumbangkan oleh Sangkuni. Negeri Gandara adalah negeri penghasil kuda terbaik. Mereka mensuplai 50 ribu prajurit, 10 ribu cavaleri, dan 10 ribu kereta perang
Pasukan Negeri Taklukan :
- Pasukan provinsi Avanti, penguasa India tengah (sekarang negara bagian Madhya Prades), Provinsi ini, berada di Pegunungan Paripatra. Sama seperti Angga di Timur merupakan provinsi-provinsi Kuru yang kuat. Mereka mensuplai 1 Akshauhini. 150 ribu prajurit, 30 ribu kereta perang, 30 ribu gajah perang, dan 70 ribu cavaleri.
Pasukan Sukarelawan :
- Pasukan Negeri Mandaraka/Madra. Madra sebenarnya merupakan sekutu Pandawa, namun secara licik Duryudana telah menipu rajanya, yaitu Salya untuk bergabung dengannya. Salya sendiri merupakan kakak dari Madrim/Madri ibu dari Nakula dan Sadewa. Negeri ini dikisahkan sebagai salah satu negeri besar yang tidak berada di lingkaran kekuasaan Kuru. Mereka Independen dan kuat. Membawa sekitar 1 Akshauhini tempur lengkap. Mereka merupakan salah satu yang tertangguh di India saat itu. Namun seperti halnya rajanya, mereka bertarung setengah hati.
- Pasukan Narayani. Merupakan pasukan elit dari negeri Dwaraka. Saat Sri Krisna dipilih oleh Arjuna sebagai kusir kereta perangnya. Duryudana kebagian 10 ribu pasukan Narayani. Sebagai pasukan elit, kiprah mereka kurang terdengar dalam perang Mahabharata, ada kemungkinan mereka bertempur separuh hati.
- Pasukan Gajah dari Negeri Pragjyotisha. Sekarang Bangladesh. Dipimpin oleh Raja Bhagadatta Yang Agung dengan berkekuatan 1 Akshauhini, (100 ribu prajurit infantri, 40 ribu gajah perang, 20 ribu cavaleri, 30 ribu kereta perang). Bhagadatta sendiri sebenarnya adalah sahabat Pandu Dewanata, ayah para Pandawa, ia tewas di tangan Arjuna pada hari ke-13 Bharatayudha.
- Pasukan Negeri Kekaya. Kemungkinan Negeri ibu dari Bharata (adik Sri Rama dalam Ramayana). Negeri yang terletak di India Barat ini terkenal besar dan kuat. Negara Gandara-nya Sangkuni adalah negara taklukannya. Uniknya negeri Kekaya/Kaikeya membagi pasukannya sama rata. Mereka membantu keduanya, Pandawa dan Kurawa. Ada kemungkinan telah terjadi pertalian darah antara Hastinapura dengan negeri ini.
Pasukan bayaran :
- Pasukan Phalanx dari Ionia (Yunani). Pasukan ini tergabung dalam barisan batalion “Mlecha“ yang berarti serdadu asing. Pasukan ini pada awal-awal perang ditugaskan menjaga kereta tempur Bisma Dewabrata dari jangkauan panah Arjuna. Dengan berdinding perisai dan bersenjatakan tombak, pasukan ini merupakan lawan yang paling dibenci para penunggang kuda maupun kereta perang. Namun merupakan sasaran empuk bagi penunggang gajah maupun pemanah.
- Pasukan dari daratan China. Mereka datang dengan panah dan lembing. Dikisahkan sebagai pasukan yang lemah hati dan tidak berbahaya. Tidak banyak dikisahkan kehebatan pasukan China dalam perang Mahabharata.
- Sarka, Pisaka, Gandarwa, dan banyak lagi suku bangsa yang mengabdi pada Duryudana pada masa itu merupakan negeri-negeri yang berada di luar negeri Bharatawasha/Bharatavasra (secara harfiah berarti Wilayah Raja Bharata-Raja yang menyatukan India seperti sekarang). Suku Sarka memihak Duryudana karena diiming-imingi pangkat dan kekayaan. Suku Pisaka adalah penghuni pegunungan di lembah Kashmir, beberapa menyembah Duryudana sebagai Dewa. Suku Gandarwa/Gandarva adalah suku yang piawai bernyanyi dan menari namun juga tangguh dalam berperang.
Jika dihitung-hitung dari 2,4 juta pasukan Kurawa, sekitar 60-65%-nya merupakan pasukan bayaran dan sukarela. Sekitar 35% dari itu memang benar-benar pasukan asli dari Hastinapura. Ini berarti jumlah mereka yang sebenarnya hanya 900 ribu prajurit.
Bandingkan dengan Pandawa yang memiliki 1,5 juta pasukan namun semuanya setia dan loyal kepada mereka, karena semuanya didapatkan dari kharisma dan kebajikan Yudhistira, bahkan seluruh kerajaan di India Utara bersekutu dengan Pandawa, ditambah lagi hasil penaklukan Arjuna di wilayah-wilayah selatan, sehingga dirinya mendapatkan sebutan "Dananjaya" ('Danan' dari bahasa jawa artinya memberi, dan 'jaya' artinya kesaktian).
KEDUA. Arjuna 'menggembosi' Kekuatan Dinasti Kuru di Selatan India. Sebelum perang terjadi, Yudhistira mengutus adiknya, Arjuna, untuk menaklukan negeri-negeri di daerah selatan untuk mendapatkan pengakuan dan pasukan mereka pada perang besar Bharatayudha. Sebelumnya negeri-negeri di daerah selatan umumnya merupakan taklukan Dinasti Kuru. Kerajaan Chola (Dinasti Tamil), Randya, Kerala adalah kerajaan yang memihak Pandawa dari wilayah India Selatan.
KETIGA, Para Panglima Hastinapura bertarung setengah hati. Tiga Jenderal Perang terbaik dalam Pasukan Kurawa yaitu Bisma Dewabrata, Guru Drona, dan Adipati Karna enggan membunuh Pandawa karena mereka menyayangi Pandawa. Adipati Karna sekalipun bersumpah akan membunuh Arjuna, tetapi dia juga berjanji pada ibunya, Dewi Kunti untuk mengampuni nyawa-nyawa Bima, Yudhistira, Nakula, dan Sadewa yang telah dia taklukan. hal ini memberikan kerugian yang jelas sangat besar bagi Kurawa.
KEEMPAT. Semua Panglima Pasukan Hastinapura dibunuh dengan strategi yang hebat (sebagian menyebutnya dengan cara-cara yang curang - menyalahi Dharmayudha). Bisma Dewabrata, Guru Drona, Adipati Karna, Raja Salya semuanya merupakan jenderal tempur yang termasyur digdaya, namun kesemuanya tewas bukan oleh kalahnya mereka dalam duel tanding namun karena faktor strategi semata. Bisma Dewabrata meletakan senjata saat berhadapan dengan Srikandi sebagai titisan Dewi Amba, kekasih di masa muda yang tidak sengaja terbunuh olehnya. Guru Drona dibunuh saat meletakan senjata karena sedih. Yudhistira membohonginya dengan mengatakan Aswatama, anak Guru Drona telah tewas dalam perang. Adipati Karna yang hebat terbunuh bahkan saat dia tidak siap, dan senja Kunta Wijayandanu-senjata yang hanya bisa digunakan satu kali dan pasti meminta korban telah digunakan untuk membunuh Gatotkaca. Raja Salya yang tak terkalahkan dengan ilmu Chandra Bhirawa-nya bahkan mengajari Yudistira cara membunuhnya.
Demikianlah, benar kiranya Napoleon bilang, betapa loyalitas itu tidak tumbuh dengan perintah. Ia hanya bisa ditumbuhkan dengan kharisma dan welas asih. Kuantitas memang penting dan tidak bisa diremehkan. Tapi kualitas adalah sesuatu yang lain diatas standar kebanyakan.
*Disadur dan diringkas dari berbagai sumber cerita (sitehindu, dll) **Sumber gambar : Wikipedia.org