Diamond vs Water

21

Feb

2015

DIAMOND-WATER PARADOX

Saya pertama mengenal teori ini saat mengambil mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) di SITH ITB beberapa tahun yang lalu. Sedikit mengulas, teori nilai yang digunakan Smith adalah teori biaya produksi, walaupun semula dia menggunakan teori nilai-nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Biaya produksi menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga dasar. Dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga alamiah. Namun demikian, dengan teori nilai tersebut, timbul persoalan diamond-water paradox (lihat buku “The Wealth of Nations“, bab. 4, paragraf 13) .

Diamond-water paradox adalah analogi dari sebuah perhiasan yang tidak terkait dengan kebutuhan dasar manusia namun memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan air yang paling dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya.

Analogi tersebut dikatakan sangat paradox karena air yang memiliki value in use yang tinggi, tetapi dengan value in exchange yang rendah; permata dengan value in use yang kecil (sebagai accesories kecantikan), tetapi dengan value of exchange yang besar (dalam konteks price).

Logika air kemasan lebih mahal dibanding dengan air kran adalah logika yang merepresentasi “diamond-water paradox”. Air kemasan merupakan utilitas yang diproduksi dengan teknologi, yang tidak semua manusia dapat dengan mudah memperolehnya. Produksi air kemasan tersebut dibatasi oleh kemampuan produksi (kapasitas produksi), sehingga utilitas marginal dari air kemasan siap konsumsi relatif tinggi. Air kran adalah air yang bersumber dari alam dengan jumlah yg sangat berlimpah. Oleh karenanya, utilitas marginal dari air kran yang akan dikonsumsi relatif kecil. Sehingga menjadi hal yang umum bila air kemasan menjadi mahal dan air kran menjadi murah. (mi)

Sumber foto : Ehud Arye Laniado

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: