1 minute reading

MATAH ATI 2012

547344

Beberapa Sahabat mengirimkan kisahnya ke BB saya pagi ini setelah menonton konser Matah Ati, di Solo, Sabtu malam, 8 September 2012. yang lalu.. Membaca cerita konsernya saja sudah membuat saya berdecak kagum, terbayang meriah megahnya. Well, menyemarakkannya, saya tidak akan mengulang cerita fantastis tersebut, namun akan coba menceritakan sekilas konser yang based on true story tersebut dari aspek kesejarahan. Saya ingat persis dahulu pernah membaca cersil Pangeran Sambernyowo, beberapa bab menceritakan tentang kisah Matah Ati.

Matah Ati adalah cerita perjuangan dan perjalanan cinta seorang wanita biasa bernama Rubiyah yang berjuang melawan penjajah bersama dengan Raden Mas Said yang dijuluki sebagai Pangeran Smabernyowo. Matah Ati juga menceritakan kisah berdirinya Istana Mangkunegaran, dimulai dari pernikahan Rubiyah, yang diberi nama Bandoro Raden Ayu (BRA) Kusuma Matah Ati setelah menikah dengan Raden Mas Said adalah cikal bakal dari para penguasa Istana Mangkunegaran.

Nama Matah Ati yang berarti “melayani hati yang pangeran” menjadi perlambang kesetiaan sang puteri ningrat terhadap pasangannya. Tak hanya sebagai istri, Rubiyah juga setia mendampingi suaminya yang juga bergelar Kanjeng Gusti pangeran Adipati Arya Mangkunagoro itu di medan perang melawan VOC pada pertengahan abad ke-18. Bersama-sama, mereka memimpin para petarung dengan memegang teguh satu prinsip: “Tiji tibeh. Mati siji, mati kabeh. Mukti siji, mukti kabeh (Mati satu, mati semua. Mulia satu, mulia semua)”.

Konsep ‘Langendriyan’ digunakan untuk membawakan pertunjukan sendratari Matah Ati. Langendriyan sendiri mempertunjukan penyajian tembang-tembang dan tarian klasik Jawa dengan gaya tarian Mangkunegaran yang lahir dari Raja Mangkunegaran IV. Semuanya dikemas dalam bungkus kekinian dan unsur kekinian untuk menambahkan sentuhan kontemporer.. Sungguh sebuah perhelatan yang luar bisa, nilai sejarahnya dapet, nilai pertunjukannya dapet... Matah Ati adalah kisah romantika klasik yang penuh keteladanan. (mi)

Awal ditulis tanggal 10 September 2012

Related Posts

KRONOLOGIS BHARATAYUDHA

Kurusetra merupakan daratan tempat berlangsungnya Bharatayudha selama delapan belas hari, puncak dari kisah Mahabharata. “Kurusetra” yang secara harfiah berarti lapangan Kuru dipilih menjadi lokasi perang

MENGAPA KURAWA KALAH DARI PANDAWA?

Dalam Bharatayudha, perang besar bangsa Kuru di Padang Kurusetra, yang terletak di distrik Haryana, India Utara, jumlah pasukan tempur Kurawa sungguh besar, dengan jumlah 2,

LEGENDA BIARA GUNUNG BUTONG/WUDANG

Pemandangan Biara di Gunung Butong (Wudang) yang diliputi salju. Tempat inilah lahirnya 7 (tujuh) pendekar Butong yang legendaris itu, juga tempat Thio Sam Hong (Zhang