Mihwan new

10

Feb

2015

ALLAH, LIBERTY, AND LOVE

  • Resensi
  • Religi
  • 1.199x dibaca
  • 0 Komentar
Jumlah Halaman 384
ISBN 978-602-19153-4-9
Bahasa Indonesia
penerbit ReneBook
dimensi 14 cm x 21 cm
Published At 21/11/2024 16.54

Ijtihad terkait dengan perjuangan untuk memahami dunia kita dengan menggunakan pikiran. Tentu, ini berimplikasi pada penggunaan kebebasan untuk mengajukan pertanyaan—yang terkadang terasa begitu tidak nyaman. Aku bicara mengenai mengapa kita semua memerlukan ijtihad, baik bagi kaum Muslim maupun non-Muslim. (hlm. xiixiii)

Buku yang penuh gairah ini pertama kali saya baca pada penghujung tahun 2012. Fokus utama buku ini yang menarik adalah kritik terhadap praktek slam saat ini yang sangat jauh dari tradisi "ijtihad". Irshad meluaskan makna ijtihad bukan sekedar ijtihad dalam pengertian yang dipahami para ulama fiqh. Dalam ruang berpikir Irshad, ijtihad dimaknai ulang sebagai tradisi berpikir kritis, keberanian berdebat dan berpikir beda (dissent).

Irshad berusaha meyakinkan dunia bahwa Islam adalah agama yang sangat mulia, tapi sayangnya kemuliaan agama ini dianggap belum utuh karena adanya kebudayaan yang bercampur ke dalam agama. Oleh karena itulah, ia berusaha "menyadarkan" seluruh umat Muslim di seluruh dunia bahwa ada sesuatu yang perlu "dibenahi".

Soal Ijtihad memang mendominasi buku ini, Irshad bahkan mengajak kita untuk melakukan rethink. Rethink berarti tidak berfikir dengan cara biasa, Rethink adalah think with another manner, berfikir dengan cara yang lain. Irshad percaya bahwa dengan cinta, kita bisa menghargai kebebasan berpikir, perbedaan pendapat, dan menumbuhkan dialog tanpa ketakutan. Dia percaya, cinta pada sesama manusia dapat menciptakan perdamaian. Damai yang dibangun dari kebebasan berpikir dan berpendapat, tanpa memaksakan tafsir agama tertentu.

Saya suka buku ini, argumen-argumennya dibangun secara kritis, yang diperkuat rasa cinta, Iman, dan humor yang tinggi. Penulisnya cerdas dalam meramu dan mendamaikan iman dan kebebasan dalam dunia yg dipenuhi dogma-dogma represif-baik atas nama identittas, budaya, maupun kehormatan keluarga.. Layak dibaca!

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: