20
Des
2014
Published At | 21/11/2024 16.40 |
Buku ini saya katakan buku yang revolusioner, karena tidak seperti lazimnya buku Mahabharata yang merupakan terjemahan karya Viyasa, buku ini awalnya ditulis Chakravarti Rajagopalchari untuk generasi muda India, namun terdesiminasi sedemikian massive keseluruh dunia. Ada banyak versi Mahabharata yang berkembang dewasa ini, namun di buku ini, Rajagopalchari memberikan penjelasan mengenai adanya perbedaan versi. Bahkan ia sering menyebutkan contoh-contoh cerita kekinian yang dianggapnya relevan untuk menjelaskan mengapa tokoh-tokoh dalam ceritanya mengambil keputusan beini atau begitu.
Sejak kecil, saya adalah penggemar wayang Jawa yang kisahnya sebagian besar diambil dengan latar belakang Mahabarata tapi membaca buku ini tidak seperti membaca cerita wayang. Membaca buku ini lebih mirip membaca mitologi Yunani atau terjemahan Kalilah wa Dimnah karya Ibnu Al-Muqoffa’. Walaupun karya tersebut adalah terjemahan dari karya Baidaba, filosof India, namun Ibnu Al-Muqoffa’ menjadikan karya tersebut begitu masyhur tanpa mengubah makna yang terkandung di dalam karya aslinya.
Untungnya, waktu kecil saya pernah membaca cerita Mahabharata yang ditulis oleh RA. Kosasih yang dalam beberapa alur mirip kisah aslinya, jadi membaca buku Rajagopalachari ini seperti membaca dan menemukan puzzle dari kisah besar Mahabharata. Buku ini bagi saya sangat melengkapi pengetahuan tentang kisah Mahabharata yang sarat nilai dan muatan filosofis.
Ada beberapa perbedaan antara cerita Mahabarata versi India ini dengan Mahabharata versi wayang Jawa. Tokoh punakawan seperti Semar Gareng Petruk Bagong jelas tidak ada dalam versi India, seperti juga tokoh macam Sang Hyang Manikmaya (Batara Guru), Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Wenang, Wisanggeni, Antasena, dan Antareja. Namun tokoh Batara Indra, Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Bayu dan sebagainya, ada dalam versi India, walau dikisahkan 'lebih manusiawi'. Dalam pewayangan jawa Dewi Drupadi adalah isteri Yudhistira, sementara menurut versi asli India Drupadi (Panchali) adalah isteri dari kelima Pandawa. Dalam wayang Jawa, raksasa dianggap menakutkan, bertaring, dan kejam, di versi India Raksasa adalah jenis ras manusia. Wanara dalam pewayangan Jawa diidentikkan dengan kera/manusia kera, namun menurut versi India, Wanara adalah ras manusia yang tinggal dan beradaptasi dengan iklim hutan, dan sebagainya.
Kekurangan buku ini adalah pasa skuel penceritaan tentang perang Bharatayudha yang berlangsung 18 hari, yang diceritakan terlalu bertele-tele dan terlalu lambat tempo ceritanya. Lebih menarik cerita versi wayang Jawa yang ringkas dan taktis menjelaskan siapa yang mati pada hari pertama, hari kedua, dst secara lebih efisien.
Saya kira Mahabharata versi Rajagopalchari ini sudah diringkas dari versi panjangnya, buku yang menarik dikemas dalam bahasa yang popular, kita juga menjadi belajar beberapa istilah dalam bahasa India yang tentu saja akan memperkaya khasanah bahasa kita. Sekali lagi, buku ini luar biasa dan saya sangat rekomendasikan untuk dibaca.