Pexels photo 235647

22

Jun

2020

KETAHANAN PANGAN #3; REGENERASI PETANI

Petani dianggap banyak kalangan sebagai profesi yang tidak menjamin finansial di tengah naiknya harga-harga kebutuhan hidup, apalagi untuk investasi masa depan: biaya pendidikan, kesehatan, cicilan rumah, pensiun. Bekerja di industri di pinggiran kota penyangga menjadi pilihan yang lebih menarik. Orang berbondong-bondong meninggalkan ciri agrarisnya sebab (menganggap) tak ada lagi penghidupan layak di dalamnya. Tujuh tahun silam, Badan Pusat Statistik (BPS) menerbitkan laporan bertajuk Sensus Pertanian 2013. Data tersebut menunjukkan petani yang berusia diatas 50 tahun mencapai 50 % dari total petani Indonesia. Jika ditelaah lebih lanjut, dalam satu dekade terakhir, terdapat penurunan jumlah rumah tangga petani dari 31,2 juta petani menjadi 26,1 juta. Demikian pula halnya jumlah petani dengan usia produktif terus menurun, dari 53,0% menjadi 43,3%, sedangkan petani yang berusia lebih dari 55 tahun cenderung mengalami peningkatan dari 23,4% menjadi 31,2%.

Hal ini sedikit banyak menunjukkan 2 (dua) hal, yaitu menurunnya minat pemuda terhadap dunia pertanian dan minimnya upaya meregenerasi petani. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran apakah akan ada generasi yang melanjutkan usaha pertanian, khususnya budidaya pangan?

Data di atas menunjukkan kondisi yang tidak kondusif bagi keberlanjutan dunia pertanian Indonesia dan dapat dijadikan landasan untuk menyusun konsep pertanian yang lebih strategis dalam perwujudan ketahanan pangan nasional dan terbangunnya ketahanan nasional.

Umur petani terkait erat dengan kemampuan aktivitasnya dalam pengelolaan usaha. Petani dengan usia muda mempunyai keberanian untuk menanggung risiko dan ketahanan fisik yang lebih baik. Namun semakin berkurangnya kelompok petani usia produktif menunjukkan adanya krisis regenerasi petani. Hasil kajian Regenerasi Petani yang dilakukan oleh Institiut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa jenis tanaman, luas dan status kepemilikan lahan memengaruhi minat orangtua untuk menjadikan anaknya petani.

Hasil kajian regenrasi petani menyatakan bahwa secara umum orangtua di sektor usaha tani padi tidak menginginkan anaknya menjadi petani, sementara petani hortikultura lebih banyak yang menginginkan anaknya menjadi petani. Perbedaan keinginan akan regenerasi di kalangan orangtua ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan yang ditunjukkan oleh keuntungan atau pendapatan bersih per musim. Kesejahteraan petani hortikultura lebih tinggi dibanding petani padi, karena keuntungan bersihnya lebih tinggi.

Kajian Regenerasi Petani merekomendasikan untuk mendorong regenerasi petani dengan kebijakan strategis ke depan dengan target pada orangtua dan generasi muda. Hal yang paling penting dilakukan adalah membuat keluarga petani lebih sejahtera. Peningkatan akses dan kepemilikan lahan keluarga petani, peningkatan sarana dan prasarana, serta kepastian penghasilan dengan kebijakan harga yang baik, menjadi poin penting untuk diupayakan. Selain itu perlu upaya menanamkan pengetahuan tentang pertanian kepada generasi muda. Pendidikan vokasi sampai pada tingkat pendidikan tinggi peru didorong agar lebih banyak tenaga kerja berpendidikan masuk di sektor pertanian.

Dalam upaya mendukung regenerasi petani dan menarik minat pemuda pada dunia pertanian, Petrokimia Gresik bekerjasama dengan Pengurus Nasional Karang Taruna dan Komunitas Pelatihan Anak Tani dan Remaja (PATRA) menggagas sebuah program bertajuk “Taruna Petro Patra”. Pemilihan kalangan Karang Taruna dalam program ini karena mereka memiliki anggota usia produktif dalam jumlah besar, jaringan berskala nasional, dan merupakan satu-satunya organisasi kepemudaan yang keberadaannya diamanatkan dalam undang-undang. Adapun Patra merupakan komunitas petani muda yang telah beroperasi lebih dari 10 tahun, sejak 2005 hingga sekarang, dan telah memiliki 2.000 anggota lebih yang tersebar di 18 kabupaten di 9 (sembilan) provinsi.

Para pemuda yang terpilih ini mengikuti sejumlah program yang dibuat oleh PT Petrokimia Gresik, diantaranya program pelatihan pertanian, yang meliputi praktik budidaya pertanian, bantuan sarana pelatihan, dan sosialisasi program key farmer (petani ikut menjadi penyuluh). Program lain meliputi kerjasama budidaya pertanian, termasuk didalamnya pengembangan usaha di bidang pertanian dan program Jambore Nasional sebagai ajang pertemuan perwakilan anggota Patra dan Karang Taruna Nasional dari seluruh Indonesia, yang diadakan di Gresik. Hasil program ini tidak hanya menjawab masalah regenerasi petani, tetapi juga memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak.

Sementara itu program Taruna Petro Patra diharapkan dapat dijadikan pilot project untuk pengembangan program-program sejenis yang lebih masif dan menjangkau seluruh wilayah sentra pertanian. Pembentukan sinergi antara dunia pendidikan dan dunia agroindustri, dalam bentuk program-program pengembangan di bidang pertanian, sangat diperlukan. Sinergi tersebut harus menyasar sampai rumah tangga petani. Regulasi dan kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah, juga harus mendukung agar iklim sinergi ini memberikan manfaat positif dalam upaya meregenarasi petenai dan mendukung ketahanan pangan nasional.

Program Regenerasi Petani yang digagas Petrokimia Gresik sejatinya menyiratkan harapan bahwa di masa yang akan datang akan banyak anak muda yang bercita-cita menjadi seorang petani. Menumbuhkan kembali minat pertanian yang sebenarnya sangat cocok untuk alam Indonesia. Menumbuhkan semangat berdikari yang sampai hari ini masih menjadi slogan manis pemecut semangat. Sehingga lirik lagu "Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman," tidak menjadi ironi di tanah subur yang mungkin bila tidak digarap serius petaninya bisa jadi juga harus diimpor.

(bersambung)

BACA JUGA :

1. Seri Seven Habits Ketahanan Pangan Versi Petrokimia Gresik, Pendahuluan https://mihwan.id/blog/seri-se...

2. Ketahanan Pangan #1; Melek Teknologi https://mihwan.id/blog/habits-...

3. Ketahanan Pangan #2; Memuliakan Petani https://mihwan.id/blog/habit-2...

4. Ketahanan Pangan #4; Memperbaiki Pola Konsumsi https://mihwan.id/blog/habit-4...

5. Ketahanan Pangan #5; Sinergi Agroindustri https://mihwan.id/blog/habit-5...

6. Ketahanan Pangan #6; Menguatkan Lembaga Pangan https://mihwan.id/blog/habit-6...

7. Ketahanan Pangan #7; Membangun Stabilitas Regional https://mihwan.id/blog/ketahan...

Sumber : Buku Memupuk Kesuburan, Menebar Kemakmuran (Gramedia, 2017). Penulis adalah anggota tim penulisan buku tersebut.

Sumber foto cover : pexel.com

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk Indonesia dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: