1 minute reading

AMAL, PENYEMPURNA KEMANUSIAAN

Kat yukawa

Manusia belumlah dikatakan manusia sebelum ia merealisasikan ilmunya dalam bentuk perbuatan (amal). Mempersembahkan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk kemajuan hidup manusia adalah perbuatan yang sangat luhur.

Ibadah familiar kita sebut sebagai ritual dari setiap agama atau kepercayaan. Ibadah diyakini merupakan bagian yang penting dalam beragama. Dalam pengertian secara sosiologis, ibadah umumnya dimaknai sebagai perbuatan atau amal tertentu yang secara khas bersifat agamawi. Dalam melakukan ibadah tersebut seseorang harus hanya mengikuti petunjuk ajaran dengan merefernsi dari kitab suci (dan juga sunnah), tanpa ada sedikitpun proses improvisasi dalam menciptakan tata cara beribadah. Justru bentuk improvisasi ini bila dilakukan adalah merupakan salah satu bentuk penyelewengan keagamaan (bid’ah). Sehingga ada pernyataan bahwasanya semua ibadah itu terlarang, kecuali yang dianjurkan. Ibadah adalah internalisasi ilmu pengetahuan menjadi sebuah kepribadian.

Amal adalah media membentuk orang shaleh yang uji materialnya dapat dilihat dari perilaku kesehariannya. Sholat adalah contoh paling dekat. Sholat diharapkan mampu mencegah perbuatan seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Pun demikian dengan ibadah lainnya semacam puasa dan zakat. Melalui puasa dan zakat manusia dilatih untuk peka terhadap realitas sosialnya. Dalam hal ini sesungguhnya Islam melakukan rekayasa sosial, baik moral, ekonomi maupun sosial. Secara ekomoni, misalnya zakat berfungsi untuk mengkikis konsentrasi harta pada seseorang. Polarisasi akan harta sebisa mungkin dikikis melalui zakat ini. Serta banyak manfaat lainnya.

Amal shaleh adalah manifestasi dari iman dan ilmu, malakukan amal tanpa didasarkan pada iman menjadi tidak ada artinya. Sama juga dengan orang yang beramal tanpa pemahaman akan ilmu menjadikannya taklid buta. Akibat dari kedua sikap ini melahirkan sikap yang kontraproduktif dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Oleh karenanya hidup kita sebagai manusia sesungguhnya cukup sederhana yakni beriman, berilmu, dan beramal. (mi)

Baca juga seri Islam :

1. The Ultimate Reality : https://mihwan.id/blog/the-ult...

2. Memahami Islam dan Ketertundukan Universal : https://mihwan.id/blog/pemaham...

3. Iman Konsep yang DInamis : https://mihwan.id/blog/iman-ko...

4. Islam, Pluralitas, dan Kalimatun Sawa : https://mihwan.id/blog/islam-p...

5. Tahalul, Pembersihan Diri : https://mihwan.id/blog/makna-t...

6. Dekrit Adil dan Ihsan dalam Khutbah Jumat : https://mihwan.id/blog/adil-da...

7. Kematian Itu Dekat : https://mihwan.id/blog/kematia...

8. Apa Itu Takdir? : https://mihwan.id/blog/takdir

Sumber foto : Kat Yukawa

Related Posts

Ngono yo Ngono, Neng Ojo Ngono

𝗤𝗨𝗢𝗧𝗘 of The Day; “𝗻𝗴𝗼𝗻𝗼 𝘆𝗼 𝗻𝗴𝗼𝗻𝗼, 𝗻𝗲𝗻𝗴 𝗼𝗷𝗼 𝗻𝗴𝗼𝗻𝗼”. Falsafah Jawa yang sering ayah tuturkan pada saya, bila saya sudah dilarang, diperingatkan, tetapi ndableg

MENJADI PERUSAHAAN SEDERHANA

Kabarnya orang Indonesia itu cenderung suka dengan "power distance relationship" yang merupakan bibit birokrasi dan anti simplifikasi. Padahal "power distance relationship", selain akan melahirkan kultur

JANGAN REMEHKAN BUDAYA MUDIK!

PULANG KAMPUNG atau mudik (mulih dilik), adalah sebuah ritual budaya tahunan, yang dilakukan menjelang perayaan hari raya keagamaan, terutama Idul Fitri. Mereka yang hidup dan