Humphrey muleba L4jb3ubqsm M unsplash

03

Mar

2015

THE ULTIMATE REALITY

“..semangat ketuhanan harus melahirkan komitmen kemanusiaan ! ”

Baik dan Jahat dalam kehidupan seorang manusia di dunia akhirnya didefinisikan sebagai kualitas sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam hubungan dengan sesamanya. Seseorang berhubungan langsung dengan Tuhan secara pribadi, kemudian hendaknya ia memanifestasikan hubungannya itu dalam hubungan insani dalam hidup bermasyarakat. Kemerdekaan sebagai anugerah dari Tuhan harus mewujud dalam pembangunan masyarakat dan membangun sistem yang berkeadilan. Bila setiap manusia diberikan kemerdekaan, berarti akan ada banyak kemerdekaan di luar kemerdekaannya, dalam konteks inilah toleransi adalah sebuah tawaran dari sebuah potensi konflik.

Setiap mahluk hidup bergantung terhadap mahluk lainnya, manusia tergantung pada mahluk hidup dan mahluk mati. Bumi bergantung pada matahari, bulan dan benda-benda langit lainnya. Semua itu tunduk pada hukum-hukum yang kekal. Tidak pernah terjadi matahari mendahului siang, dan bila ada salah satu di alam raya ini berubah, maka semua yang ada di alam raya ini pun juga akan berubah. Kemudian orang akan berfikir bahwa, segala sesuatu itu ada yang mengaturnya, datang dari Dia, hidup dari Dia dan kembali kepada Dia. Manusia harus mencari hukum-hukum yang mutlak abadi di alam raya tersebut dengan pengamatan (ilmu pengetahuan) dan perenungan.

Dalam membangun kerjasama dalam berbagai macam perbedaan yang sudah digariskan oleh Tuhan, diperlukan pemahaman terlebih dahulu tentang arti penting perbedaan, sehingga akan mendapatkan suatu hikmah yang tersirat di dalamnya.

Keadilan diartikan sebagai suatu paham kesamaan antar manusia, dalam konteks ini harus dipahami terlebih dahulu bahwa tidak ada perbedaan antar manusia atas alasan apapun. Diskriminasi adalah suatu hal yang abnormal, karena kelainan itu bertentangan dengan jati diri primordial manusia. Dalam pandangan Islam keberadaan individu dan masyarakat adalah sama pentingnya. Sebagai individu, manusia memiliki kemerdekaan yang penuh. Namun ketika ia berada di lingkup masyarakat, maka kebebasan pada dirinya menjadi terbatas. Oleh karena itu, setiap individu tidak boleh menggunakan kemerdekaannya itu untuk kepentingan pribadi dengan mengabaikan kepentingan masyarakat.

Dalam hidup bermasyarakat tersebut, diperlukan sebuah aturan bersama (common rules) yang menjamin kepentingan-kepentingan indivudu dapat dicapai tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat. Hal inilah yang kemudian disebut sebuah perspektif tentang keadilan.

Keadilan dalam status dan lingkup sosial mengandung arti bahwa Islam memberikan panduan moralistik agar manusia dapat hidup berdampingan secara damai dan bersahabat dengan manusia lain meskipun berbeda suku, agama dan ras. Sedangkan konsep keadilan ekonomi adalah bahwa Islam sangat menekankan egaliterianisme (persamaan hak) dan menghindari segala bentuk kepincangan sosial yang dimulai dari kepincangan ekonomi. Dengan demikian, konsep-konsep keadilan sosial dan keadilan ekonomi dalam perspektif Islam adalah disandarkan pada ajaran bersaudara yang berketuhanan.

Sudah menjadi sebuah syarat bahwa keadilan hanya akan mungkin dicapai melalui media ilmu pengetahuan. Dalam Islam, masalah ilmu pengetahuan merupakan masalah yang sangat prinsipal, bahkan pembinaan dan pengelolaannya ditetapkan mulai kita lahir di dunia sampai ke liang lahat.

Namun demikian, peran ilmu pengetahuan yang paling penting adalah menguak dimensi misteri dari alam sehingga fenomena-fenomena yang terjadi di jagad raya ini berjalan menurut hukumNya. Sebagai contoh, fisika diberi tempat unik untuk memberi jawaban, menawarkan jalan yang lebih pasti menuju Tuhan. Benar atau salah, fakta bahwa sains benar-benar maju kearah manapun yang sebelumnya merupakan pertanyaan religius yang biasanya ditangani sendiri. Jika demikian, ilmu pengetahuan sangat penting dalam kehidupan manusia. Segala bentuk usaha yang dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sejatinya adalah usaha untuk mendekati dan lebih mengenal Tuhan.

Senyampang dari itu saya merasa lebih tepat menamai makalah ini dengan judul The Ultimate Reality, sebuah metode menemukan dan mendekati Tuhan tidak melalui brahmana/pemuka agama, tidak pula melalui pertapaan dan pengasingan diri, melainkan melalui pemahaman akan realita sosial yang ada. Karena saya berfikir bahwasannya Tuhan pun dapat ditemukan ditempat keramaian.

Sebagai penutup sementara, saya ingin mengingatkan diri saya sendiri khususnya dan kita semua pada umumnya akan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 58; Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring… "Al haqqu min rabbika fa laa takunanna minal mumtarin". Wallahu a’lam bish shawab (mi)

Bagaimana menurut Anda??

Baca juga seri Islam :

1. Islam, Pluralitas, dan Kalimatun Sawa

2. Memahami Islam dan Ketertundukan Universal

3. Iman Konsep yang Dinamis

4. Amal, Penyempurna Kemanusiaan

5. Tahalul dan Pembersihan Diri

6. Dekrit Adil dan Ihsan dalam Khutbah Jumat

7. Kematian itu Dekat

8. Apa Itu Takdir?

Sumber foto : Humphrey Muleba

Tentang Penulis

Foto 2

Muhammad Ihwan

Muhammad Ihwan. Kelahiran Yogyakarta, tinggal di Gresik dan Jakarta. Suka membaca dan menulis, menyenangi marketing dan public relations. Pernah menjadi juru bicara perusahaan, menangani pengelolaan program TJSL, CSR, dan comdev, serta mengelola penjualan retail untuk seluruh Indonesia. Saat ini mengelola penjualan sektor korporasi untuk domestik dan mancanegara.

Top 10 Negara Pengunjung:
Total Pengunjung: