04
Jan
2015
Di dalam al-Qur’an sedikitnya terdapat lima definisi takdir. Pertama, takdir yang berarti hukum (an-Nisaa:65). Kedua, takdir yang berarti perintah (al-Isra: 23). Ketiga, takdir yang artinya memberitakan (al-Isra:4). Keempat, takdir yang isinya menghendaki (Ali Imran:47). Kelima, takdir yang berarti menjadikan (al-Fusilat:12). Secara terminologi bahasa, takdir berasal dari kata qaddara, yang berasal dari akar kata qodaro yang berarti mengukur, memberi, kadar ukuran. Tuhan telah mentakdirkan sesuatu dan Tuhan pula telah menetapkan ukuran, kadar, batas tertentu terhadap sesuatu.
Pada Q.S al-Furqan, Tuhan telah menjelaskan dalam menciptakan segala sesuatu, Tuhan lalu menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan sesempurna-sempurnanya (faqaddarahu taqdiraan). Dari sini jelas pula lah bahwa dalam al-Qur'an takdir digunakan untuk mengacu pada makna kadar, ukuran dan batasan. Contohnya, Tuhan menetapkan matahari beredar dalam porosnya, api membakar benda kering, air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Kesemuanya itu adalah ukuran yang ditetapkan Tuhan secara sempurna. Begitu halnya dengan manusia, manusia juga telah diberikan oleh Tuhan ukuran atau batasan tertentu. Contoh; Tuhan menetapkan pada manusia bahwasannya manusia tidak dapat terbang, manusia tidak dapat menyeberangi lautan. Ini pun sebuah ukuran bagi manusia. Lalu pertanyaannya, mangapa saat ini ada manusia yang bisa terbang dan manusia yang bisa menyeberangi lautan?. Jawabannya ialah karena manusia sudah berpindah ukuran. Tuhan telah memberikan ukuran pada akal manusia untuk dapat membuat pesawat terbang dan kapal laut sehingga ia bisa terbang dsan menyeberangi lautan.
Secara scientist, hukum Newton tiga berkata :
“bila suatu benda pertama melakukan gaya terhadap benda kedua, maka benda yang kedua itu selalu akan melakukan gaya kepada benda pertama sama besar dan berlawanan arah namun pada garis kerja yang sama".
Sehingga dapat dikatakan bahwa gaya tunggal itu tidak ada, jika gaya pertama disebut aksi maka gaya kedua disebut reaksi. Intinya, dalam setiap perbuatan pasti ada akibatnya. Selanjutnya dapat juga dikatakan bahwa takdir adalah manifestasi dari aksi yang dilakukan manusia. Ada beberapa golongan yang mengatakan mekanisme takdir adalah pertempuran antara do’a dan keputusan, do’a dan takdir berjibaku dilangit, kemudian yang menang maka itu yang berlaku. Mungkin dapat diasosiasi dengan perkataan barang siapa yang kuat, dekat dengan Yang Mengabulkan permohonan, maka memiliki peluang lebih besar terkabul do’anya dengan cepat.
Oleh karena itu, selain mutlak, takdir ada yang besifat relatif. Relatif berarti berkaitan nyata dengan hubungan kausal, berupa hubungan sebab akibat. Jika ada sebab (couse) maka tentu ada pula akibat. Kebanyakan takdir yang dialami dimuka bumi ini adalah relatif. Meskipun tidak hanya berhubungan dengan alam riil saja yang dapat dijelaskan secara ilmiah, tetapi hidup ini adalah sesuatu yang gaib dan imajiner. Dimana hampir-hampir hidup ini bukan urusan manusia lagi. Sebab itu sebebas apapun kita berkehendak dan berlaku kita pun semestinya ingat bahwa ada keharusan universal seperti takdir yang membatasi semuanya. (mi)
Baca juga seri Islam :
1. The Ultimate Reality : https://mihwan.id/blog/the-ult...
2. Memahami Islam dan Ketertundukan Universal : https://mihwan.id/blog/pemaham...
3. Iman Konsep yang DInamis : https://mihwan.id/blog/iman-ko...
4. Amal, Penyempurna Kemanusiaan : https://mihwan.id/blog/amal-pe...
5. Tahalul, Pembersihan Diri : https://mihwan.id/blog/makna-t...
6. Dekrit Adil dan Ihsan dalam Khutbah Jumat : https://mihwan.id/blog/adil-da...
7. Kematian Itu Dekat : https://mihwan.id/blog/kematia...
8. Islam, Pluralitas, dan Kalimatun Sawa : https://mihwan.id/blog/islam-p...